Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Petani Milenial Wajib Ikut Kelompok Tani agar Tidak Jera di Sektor Pertanian

5 November 2021   08:32 Diperbarui: 5 November 2021   11:02 1629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah langsung bisa menjadi anggota Poktan? Bisa dengan alur sebagai berikut: selama proses pendaftaran, calon anggota poktan akan diinterogasi mengenai jenis tanaman yang dibudidayakannya, lama menjadi seorang petani, dan lokasi tepat lahan pertanian yang digarap. Sebab akan ada penyuluh pertanian yang melakukan kunjungan ke lahan pertanian yang diajukan guna dicek kevaliditasanya. 

Barulah, nanti akan dimasukkan dalam sistem informasi manajemen penyuluhan pertanian (simluhtan) dan e-RDKK (elektronik rencana definitif kebutuhan kelompok). Ini tanggung jawab staf BPP Dinas Pertanian.

Karena lahan pertanian yang saya kerjakan bukan sawah melainkan ladang (tegalan), maka tanamannya hortikultura, ada pepaya, jagung, dan cabai.
Karena lahan pertanian yang saya kerjakan bukan sawah melainkan ladang (tegalan), maka tanamannya hortikultura, ada pepaya, jagung, dan cabai.

Dengan berbagai masalah di sektor pertanian tersebut, kita bisa mengambil manfaat dari program kelompok tani, sehingga sedikit permasalahan dapat terselesaikan. Apalagi petani milenial, punya semangat idealis, yang kadang lupa tidak melihat struktur anggaran pendapatan dan belanja pertaniannya.

Misal ada saran menggunakan pupuk non subsidi hasil pertanian lebih melimpah. Setelah dijajal, ternyata sama saja. Malah rugi, karena biaya pupuk non subsidi terlalu tinggi sedangkan hasil panen tidak sebanding. 

Ada lagi saran, pertanian minapadi. Tidak sembarang petak sawah dapat dijadikan pertanian minapadi. Sebab membutuhkan aliran air dan perhatian yang cukup. Selama ini, di desa saya dan lokasi lahan garapan saya, belum ada pertanian minapadi.

Akan tetapi, pertanian tak hanya berkecimpung di lahan basah dan becek penuh lumpur. Kita bisa terjun ke pertanian modern, semisal pertanian hidroponik. 

Memang butuh biaya yang lebih besar, tapi pendapatan juga lebih besar, karena jenis tanaman didominasi oleh sayur-mayur yang diperlukan tiap hari sebagai lauk-pauk. 

Harga jual stabil dan lancar, dan gak butuh lahan seluas hektaran, sebab bisa disusun hingga lima tingkatan. Keren ya.

Oh ya, sedikit tips aja. Memulai pertanian model hidroponik diawali dari pekarangan rumah aja. Misal menanam kangkung, sawi, selada, dan sebagainya. 

Toh banyak peralatan atau media taman hidroponik minimalis di marketplace. Paling tidak, kita belajar bertani hidroponik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun