Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak-anak Kita Dewasa Sebelum Waktunya

27 Agustus 2020   09:21 Diperbarui: 27 Agustus 2020   09:31 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak bersekolah PAUD (dokumen pribadi)

Fenomena anak akhir-akhir ini seperti kurang mendapat perhatian orang tua, lepas kontrol dari orang tua, tindak kriminal anak, kenakalan anak, dan aksi tak terpuji lainnya membawa dampak terhadap tumbuh kembang anak. 

Seorang anak yang mestinya hanya bermain (dakon, engklek, kelereng, layangan, bekel, lompat tali, gobak sodor), belajar, dan memahami norma yang berlaku di lingkungan malah tidak dijalankan sama sekali dan tidak peduli pada aturan yang ada.

Sesungguhnya apa yang dilakukan anak dalam tindakan negatif adalah keteledoran orang tua. Namun, para orang tua selalu menyalahkan arus teknologi yang menerjang kehidupan alami anak. 

Saya tidak menyangkal hal itu, sebab memang benar adanya. Kelalaian orang tua yang membiarkan anak berenang di sungai teknologi tanpa bimbingan. Akhirnya, anak tumbuh sebelum waktunya.

Otak anak adalah memori kosong yang perlu diisi. Bukan dengan isian negatif akan tetapi, isian positif bagi keberlangsungan anak. Tenyata, dokumen merah lebih banyak daripada dokumen hijau dalam komputer kehidupan. Oleh karena itu, orang tua kudu berperan aktif dalam menyeleksi dokumen sebelum masuk ke memori anak.

Salah satu penyebab anak dewasa sebelum waktunya ialah sikap selektif orang tua terlalu kendor sehingga tidak bisa memfilter masukan isian bagi anak. Selain itu, pengaruh adanya teknologi yang tumbuh dan berkembang di samping anak.

Anak sedang menonton tv (mommyasia.id)
Anak sedang menonton tv (mommyasia.id)

Pertama, tontonan anak.

Televisi tontonan anak yang utama. Setiap rumah pasti memiliki tv. Program-progam tv didominasi oleh sinetron (sinema elektronik) yang mana adegan dewasa lebih banyak, tetapi berlabel R (remaja). 

Percuma, ada label SU (semua usia), R (remaja), R-BO (remaja hingga bimbingan orang tua), dan D (dewasa). Sangat disayangkan. Di lain sisi, orang tua membebaskan anak menonton stasiun tv kesukaannya asal tidak boleh tilik adegan pertarungan atau kekerasan di layar kaca.

Kehadiran internet memberikan keleluasaan anak dalam menonton apapun. Apalagi ditopang lahirnya aplikasi berbagi video terpopuler sejagat raya, Youtube. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun