Adakah kemungkinan pemerintah mengkotak-kotakan bantuan pendidikan kala pandemi? Mungkin ada. Tapi, berpikir positif saja.Â
Mendengar teriakan para orang tua di dominasi oleh masyarakat pedesaan. Apakah masyarakat kota lebih berhak mendapat subsidi karena kualitas SDMnya tidak diragukan lagi? Sehingga, kucuran kran rupiah selalu mampet bilamana mengairi kehidupan pendidikan di pedesaan terutama daerah 3T.
Pemerintah benar-benar tidak serius. Kalah pamor ketimbang para provider yang selalu memberikan promo kuota murah. Sebut saja, Telkomsel. Kebetulan saya pelanggan Telkomsel.
Telkomsel yang notabene BUMN. Mudah mencairkan kuota data internet yang supermahal guna mendukung pembelajaran daring para insan penerus nusa bangsa. Promo terbarunya adalah paket Ilmupedia 10 GB dan kuota belajar 30 GB yang dibanderol Rp10 per 21 Agustus 2020 hingga 31 Agustus 2020.
Biasanya paket data 10 GB per 30 hari itu di kala normal dipatok harga Rp100000. Bayangkan, berapa uang Telkomsel yang dibagi cuma-cuma tersebut.
Saya tidak sedang membandingkan dana yang dikeluarkan pemerintah dengan Telkomsel. Toh, sama-sama bernaung pada payung Indonesia. Yang saya bandingkan adalah kecepatan menyadari lingkungan yang dinamis ini. Kecepatan memberikan dana bantuan. Walau hanya mampu membelikan kuota 2 GB saja.
Para orang tua memandang Telkomsel terdepan, teradaptif, tercepat, dan terbaik. Sedangkan, pemerintah yang diagung-agungkan masih mabok sana-sini. Padahal, dananya sudah siap.
Tak habis pikir untuk pemerintah. Saat ini, orang tua hanya ingin subsidi pulsa tersebut nyata hadir bukan fiktif belaka. Orang tua tak mengerti soal kurikulum, pecairan dana BOS, bahkan administrasi para guru.
Jadi, kapan subsidi pulsa cair?
*Â Pemerintah disini mengacu pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.