Singkat cerita,kamipun bubar.Aku sedih sekali,kan aku sayang banget sama dia,dan aku juga menyesal,selama ini kenapa ya aku begitu takut dan bertekuk lutut sama dia,akhirnya malah begini.Begitulah,hari-hariku penuh dengan tangis penyesalan dan lamunan.
Kawan-kawankupun jadi tahu akan hal itu.Andi,sahabatku yang terkenal temperamental,datang ke rumahku di suatu senja.Aku menyambutnya dan kita duduk-duduk di teras rumah.Kami berbasa-basi sejenak,sebelum dia sampai ke inti permasalahan.
“Emang anjing tuh dia! Kok bisa-bisanya begitu.Loe juga kenapa sih bisa begitu takut sama dia,padahal semua cewek sepertinya takluk sama loe.Kenapa sih loe?” Andi bertanya setengah kesal.
“Tadinya gua juga ngga tau di,tapi sekarang kayaknya gua tau.”
“Kenapa?”
“Kan dia anjing,seperti yang loe bilang.Loe tau sendiri gua takut banget sama anjing.”
Lalu kamipun tertawa terbahak-bahak.Dan dunia kembali menjadi indah.