Mohon tunggu...
basuki rahardjo
basuki rahardjo Mohon Tunggu... Dosen

Menulis, tekun, menjalankan syari'at agama secara kaffah, menambah pergaulan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perutnya dibikin KEMBUNG

25 September 2025   10:11 Diperbarui: 25 September 2025   10:11 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       "Tidak Pak!. Saya sudah bilang Mas Klowor sudah mendapat pekerjaan di kota, dan saya sudah berpamitan." Kata anaknya menjelaskan.

       "Gajimu kan banyak ta Le?. Apa sudah kamu pikir!." Kata ayahnya seakan menyayangkan keputusannya.

       Ayahnya memberi pandangan bermaksud menghambat niat anaknya untuk berhenti bekerja. Namun setelah agak didesak, lama kelamaan anaknya mengaku, apa sebabnya tidak lagi ikutan membantu menyembelih sapi. Pada kenyataannya, saat awal dulu menjadi jagal, Klowor tidak mempunyai ulah nakal dalam  menjagal sapi. Tidak begitu lama, entah dari mana diperolehnya?,  dia mendapat cara menjagal yang lebih menguntungkan. Sapi yang akan disembelih, mesti perutnya dibikin kembung dulu dengan tindakan  bersama-sama menggelonggongkan air ke perut sapi. Caranya dengan memasukkan selang ke mulut sapi dan menyentornya dengan air. Sapi dibikin berperut kembung, dan sekarat setengah mati,  baru kemudian disembelihnya. Badan sapi menjadi bertambah berat lumayan banyak, sehingga mendapatkan untung penjualan daging yang semakin banyak pula. Oleh karena untungnya ternyata banyak, dan tidak ada kendala yang berarti dalam melakukannya, kebiasaan itu dilakukan setiap dini hari ke semua sapi yang akan disembelihnya.  Melihat sapi sekarat, menjadi pemandangan yang biasa, dan tidar sadar semakin mangayikkannya. 

       Selang berapa hari kemudian, seorang remaja pembantunya Klowor minta ijin tidak membantunya lagi. Para tetangga banyak yang heran, karena melihat kenyataan para pembantunya tercukupi kehidupannya sehari-hari. Pakaian yang dikenakan kesehariannya kelihatan pantas,  dan mutakhir. Lalu kenapa?.....mereka pada berhenti bekerja. Saat ada pertemuan kampung, remaja-remaja kampung yang berhenti membantu Klowor digunjingkan, remaja yang bodoh amat!. Namun.... akhirnya seberapa rapat kabar itu disimpan, lambat laun tercium juga, bahwa Klowor suka menggelongggong sapi sebelum menyembelihnya, sampai sekarat. Kabar tersebut tersiar ke mana-mana, tanpa dapat dirahasiakan lagi, dan sudah menjadi rahasia umum.

       Walaupun kabar Klowor menggelonggong sapi tersiar ke mana-mana, di dalam pergaulan sehari-hari para tetangga tidak satupun ada yang menggubrisnya. Klowor tetap disegani, sehingga tetap baik-baik saja hubungan kemasyarakatannya dengan para tetangga. Bahkan tidak ada satupun tetangganya berinisiatif ingin melapor ke pejabat yang berwenang. Para tetangga yang sudah baik hubungannya, tidak ingin terlibat persoalan jika melaporkannya, dan dijadikan saksi perbuatan Klowor.

       Bulannya Jawa, Dulkaedah, banyak orang punya kerja mantu, dan menjelang bulannya orang naik haji, sehingga permintaan daging meningkat.  Klowor mendapat pesanan menyembelih sapi dari salah seorang konglomerat kampung yang ingin menikahkan anak perempuannya.  Permintaannya saja sapi limousine yang lumayan mahal harganya. Permintaannya sudah agak lama, oleh karena Klowor secara cepat managgapinya. Diperolehlah sapi pesanan yang berkualitas sehat dan disetujui harganya oleh pemesan. Anehnya...dengan sapi limousine pesanan ini, Klowor sangat menyayangi, bahkan suka memberi makan sendiri, suka mengelus-elus kepalanya, sehingga sapi semakin bertambah licin bulunya, dan tampak menggemaskan. Sapinya dinamakan Gombloh, dan Klowor suka memanggil: "Bloohh.... Gombloh!.".   

       Sedari sore tadi hujan mengguyur tidak henti-hentinya, ya.....maklum musim penghujan, jadi tentu saja  tidak aneh lagi. Sungai Bengawan Solo timur rumahnya yang jaraknya agak jauh sedang banjir, dengan arus air sampai ke tepiannya. Seperti kesehariannya pada dini hari, Klowor dan para pembantunya yang sudah pada bangun, bersiap-siap bersama menyembelih sapi. Hujan sudah reda hanya menyisakan gerimis kecil, tapi dinginnya malam masih terasa, beriringan semilir angin pagi di tepian sungai besar yang sedang banjir itu.

       "Sapinya saya ambilnya sendiri!." Kata Klowor omong tidak seperti biasanya.

       "Ya Mas......!. Saya tak menyiapkan talinya." Kata pembantunya. Sampai di kandang, sebelum sapi dituntun, sapi limousine yang mau disembelih dielus-elus kepalanya, sampai lima menitan, sambil diajak omongan.

       "Bloohh...... Kamu akan pisah dengan saya ya.....!. Saya tolong didoakan semakin kaya. Katanya sapi sepertimu adalah hewan kesayangan Allah, apalagi kamu disembelih untuk pesta mantu anak perempuan seorang haji konglomerat yang baik hati seperti ini, bantu saya mencari rejeki ya Bloohh....!." Klowor sampai menangis tersedu-sedu, berlinang air mata, terbawa emosinya. Tentu saja sapi limousine yang akan disembelih tidak tahu jika diajak omong Klowor. Sapi limousine menurut saja ketika digelandang ke tempat penyembelihan.

       Sampai di tempat penyembelihan, Klowor melihat sapi limousine itu seperti matanya membelalak nanar melihatnya. Klowor....seketika kaget, mukanya pucat pasi, ketakutanlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun