Mohon tunggu...
Bass Elang
Bass Elang Mohon Tunggu... Seniman -

Dan pada akhirnya senja berubah menjadi malam yang gelap. Tak ada yang berkesan kecuali wajah manismu yang melintas.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"Move On 8", Jomblo Menderita

23 April 2018   03:33 Diperbarui: 23 April 2018   04:07 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku sayang kamu." 

     Ia merindukan suara mesra-lembut yang masuk hingga ke ulu hatinya. Kata sayang itu menjalar ke aliran darah di dalam tubuhnya. Tak pernah luput. Suatu waktu kata itu teringat menyesaki jiwa, menggebuk sukmanya. Seluruh kujur tubuhnya melemas. Hatinya berasa robek. 

     Kebingungan menimpa pikirannya, hari-harinya penuh dengan kegelisahan.  Kesepian menimpa jiwanya yang sangat mengerikan. Ia dihantui oleh bayang-bayang. Ia mencoba terus menolak, namun semakin kuat bayang-bayang itu menghinggapinya. 

     Kenangan-kenangan indah bersama mantan belum jua terlupakan. Rindu datang tiba-tiba tanpa permisi, dan begitu cepat berlalu. Hasrat hati ingin bertemu mendorong kaki dan pikirannya, tetapi untuk melangkah saja ia ragu-ragu. Tak ada semangat.

      Medsos adalah jembatannya. Akun medsosnya telah diblok mantannya. Ketika ia rindu mantan, ia menggunakan akun akronim untuk menyelediki postingan-postingan mantan. Membuka album photo, dan membaca komentar-komentar. "Duh, mengapa hati ini sakit melihatmu begitu dekat dengan cewek lain," tuturnya dalam benak. Ia sering kali melihat mantannya begitu akrab dengan wanita lain di medsos. 

     Ada keinginan untuk ikut mengomentari status mantannya. Namun sayang, saat ia ikut komentar tak pernah dibalas. Oleh akun akronimnya, ia gunakan untuk memberi perhatian kepada sang mantan.

     Kehidupan Sinta makin hari makin terpuruk. Ia seperti kehilangan medan gerak oleh hatinya yang rapuh. Patah semangat. Pikirannya setres. Jauh dari kata gembira. Ia kebanyakan murung. Berdiam diri di rumah. Bahkan saat bareng temannya, tiada keceriaan yang terpancar dari mukanya. Jiwanya kesepian walau ia sedang kumpul. Baginya, keramaian justru membuatnya risi. Batinnya terbebani oleh kegaduhan yang terus menyelubungi hatinya. Pikirannya galau tak menentu. Pupus harapannya. 

"Mending kita pulang aja, Sus," celetuk Sinta. "Aku nggak nyaman di sini. Terlalu rame."

"Duuh, di sini enak, kok. Aku nggak ada beban, Ta," jawab Susi. "Kita senang-senang di sini. Di rumah 'kan kamu murung terus."

"Aku ngerasa risi, Sus," kata Sinta. "Ayuk sih, pulang."

"Ah! Kebiasaan. Kalau lagi asyik minta pulang," geram Susi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun