Mohon tunggu...
Dr.Dr.Basrowi.M.Pd.M.E.sy.
Dr.Dr.Basrowi.M.Pd.M.E.sy. Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat Kebijakan Publik, Alumni S3 Unair, Alumni S3 UPI YAI Jakarta, PPs Ekonomi Syariah UIN Raden Intan Lampung

Man Jadda Wa Jadda: Siapa Bersungguh-Sungguh Akan Berhasil## **Alloh Akan Membukakan Pintu Terindah Untuk Hambanya yang Sabar, Meskipun Semua Orang Menutupnya**.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Penjual Jamu: Sektor Informal yang Tak Terimbas Covid-19

15 Mei 2020   08:40 Diperbarui: 15 Mei 2020   08:42 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sejak lama hingga sekarang, yu kawul, yu Indri dan bude Ndari juga membawa jamu kemasan 'sakset' yang disedu dengan air panas. Terkadang ada juga pelanggan yang minta ditambah telur ayam kampung mentah yang khusus diambil kuning telurnya. Sementara putih telunya dikumpulkan yu Kawul untuk digoreng di rumah sebagai lauk makan anak-anak dan keluarganya.  

Kalau yu Kawul berhenti di pangkalan supir taxi, bengkel mobil, dan di tempat kerumunan petugas kebersihan, rata-rata mereka memesan jamu sama yu Kawul dengan minta ditambah telur. Mereka mengatakan untuk stamina. Sementara itu, pada kerumunan ibu-ibu biasanya memesan jamu awet muda seperti jamu pahitan atau beras kencur.  

Promote dan Protect Jamu

Jamu yang saat ini sedang naik daun, tidak terlepas dari hasil penelitian Chairul Anwar Nidom, seorang ahli biologi molecular Universitas Airlangga yang menemukan khasiat jamu dalam meningkatkan daya imun seseorang. Dia menyarankan kepada kita semua untuk minum jamu agar kekebalan tubuh meningkat.

Lagi-lagi, Presiden Jokowi---yang sangat gemar minum jamu---juga tidak kalah pentingnya dalam mem-promote jamu sebagai warisan budaya leluhur yang harus dilestarikan sekaligus dilindungi. Ramuan Jamu sebagai milik komunal selain harus di-promote, perlu juga dilindungi bersama baik ramuannya maupun proses pembuatannya.

Banyak ahli herbal dari berbagai negara seperti Jepang, Korea, India, dan berbagai negara lainnya yang sudah mempelajari jamu khas buatan Indonesia, yang kemudian justru didaftarkan berbagai ramuan jamu tersebut menjadi hak kekayaan intelektualnya miliknya. 


Namanya saja orang Indonesia, kalau disuruh bercerita tentang proses pembuatan, termasuk jenis-jenis bahan baku yang digunakan untuk membuat jamu, dengan senang hati mereka menceritakan kepada siapa pun termasuk kepada orang asing. Tindakan itu---dalam konteks hak kekayaan intelektual--sesungguhnya tidak boleh kerena berpeluang besar dicuri teknologinya untuk didaku hak kekayaan intelektualnya. Sungguh sangat bahaya. Kita, masyarakat komunal sebagai satu-satunya pewaris, menyerahkan hak kekayaan intelektual para leluhur kepada orang asing. Tragisnya, pada saat kita menggunakan ramuan warisan leluhur, kita harus membayar royalty kepada orang asing yang sudah mendaftarkan hak kekayaan intelektual tersebut.

Di sinilah perlunya, kita bersama-sama melindungi hak kekayaan intelektual kita, termasuk warisan leluhur bangsa yang sudah turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Siapa lagi kalau bukan kita semua yang akan mempromosikan sekaligus melindungi jamu sebagai asset komunal bangsa.

Dari Gendongan Menuju Resto Hotel Berbintang 

Dulu, jamu gendong identik dengan masyarakat pinggiran kelas bawah. Namun, sejalan dengan pergeseran waktu, perkembangan ilmu pengetahuan, tekonologi dan informasi, kesan pinggiran dan kelas bawah berinsut ke arah modern dengan hadirnya jamu gendong di semua hotel berbintang yang dihidangkan di resto hotel saat (pasca)sarapan pagi. Bahkan, semua acara internasional selalu disediakan minuman rempah khas Indonesia "Jamu' dengan berbagai ragam rasanya.

Metode itu terbukti sangat efektif dalam mem-promote jamu sebagai warisan kekayaan leluhur yang patut untuk di-protect dari pen-'daku'-an orang asing. Dampak positifnya, citra jamu dapat meningkat dan dapat diterima oleh semua kalangan, dari rakyat biaya, para tetamu hotel, turis asing, peserta international conference, pengusaha, hingga presiden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun