Mohon tunggu...
Sofyan Basri
Sofyan Basri Mohon Tunggu... Anak Manusia

Menilai dengan normatif

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Manuver Cawapres Jokowi

10 Maret 2018   21:58 Diperbarui: 10 Maret 2018   22:02 1343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Posisi calon Cawapres yang akan mendampingi Jokowi akan sangat seksi. Bahkan, sejumlah nama telah dikaitkan akan berpasangan dengan Jokowi di Pilpres 2019 mendatang. Mulai dari kalangan politisi, TNI, Polri, hingga akademisi dan kalangan profesional.

Tak tanggung-tanggung, saat ini telah ada 20 nama yang mencuat akan mendampingi Jokowi. Mereka itu antara lain adalah  Menteri Keuangan Sri Mulyani, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, mantan Panglima Jenderal Gatot Nurmantyo hingga mantan calon gubernur DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan lain-lain.

Dari sejumlah nama tersebut, yang paling menarik bagi saya adalah calon dari kalangan politisi yang berlebel ketua umum partai politik yang mengindikasikan siap mendampingi Jokowi. Diantaranya adalah Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PPP Muhammad Romahurmuziy, hingga Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman.

Untuk menyatakan diri maju dalam arena politik baik Pilpres, setiap warga negara punya hak yang sama. Hal ini sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) UUD 1945 "Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden".

Bahkan, ketiganya gencar melakukan sosialisasi sebagai Cawapres. Terutama Cak Imim (Muhaimin Iskandar) yang telah menyebar berbagai atribut berupa baliho pada berbagai daerah. Bahkan, informasi yang beredar baliho Cak Imin sebagai Cawapres pernah mengepung Jakarta.

Bercita-citalah setinggi langit, karena ketika kamu terjatuh, kamu akan jatuh diantara bintang-bintang. Kupikir, kalimat fenomenal dari Soekarno ini kurang dicerna baik oleh para ketum partai politik tersebut. Kenapa? Yah karena sebagai petinggi partai, yang memiliki modal maju arena Pilpres tapi kok langsung mematok Cawapres.

Saya jadi teringat dengan beberapa calon kepala daerah yang ada di Sinjai yang jumlah mencapai puluhan. Salah satu dari mereka pernah saya ajak berkomunikasi untuk menanyakan alasan dirinya menyatakan siap maju di Pilkada Sinjai.

Kebanyakan mengaku arena Pilkada Sinjai adalah momentum untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat. Mereka mengaku tahu jika dirinya belum mampu untuk maju dalam arena Pilkada dengan berbagai pertimbangan. Akan tetapi, kata mereka, itu adalah momentum yang tidak bisa disia-siakan. Apalagi, kebanyakan mereka berniat maju di Pileg.

Saya kira alasan tersebut sangatlah rasional. Bahwa ketika mereka maju di Pileg, secara sederhana mereka sudah dikenal oleh calon pemilihnya di Sinjai. Meski memang, masyarakat yang mengenal mereka akan langsung memilihnya ketika maju di Pileg.

Alasan rasional dari para calon kepala daerah ini, kurang tepat jika dihubungkan dengan langkah yang diambil Cak Imim yang mematok Cawapres. Alasannya adalah Cak Imin memang akan dipilih oleh rakyat di Pilpres sehingga melakukan sosialisasi ditengah masyarakat.

Akan tetapi itu dengan catatan jika dipilih oleh Jokowi sebagai pendamping atau Capres lainnya. Jika tidak, maka sosialisasi yang dilakukan Cak Imin maupun Cawapres lainnya ditengah masyarakat secara tidak langsung akan mubazir atau sia-sia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun