Mohon tunggu...
Barokatus Syafaah
Barokatus Syafaah Mohon Tunggu... Sekretaris - saya mahasiswa s1 gizi universitas nahdlatul ulama surabaya

saya memiliki hobi travelling saya orang yang mudah bersosialisasi dengan lingkungan sekitar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tidak Boleh Ada Merah Putih Biru

18 Oktober 2023   19:20 Diperbarui: 18 Oktober 2023   19:48 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perkenalkan aku Salim. Aku akan memperkenalkan pada kalian Surabaya pada tahun 1945. Tepatnya sebulan atau dua bulan setelah negara ini dinyatakan merdeka melalui pidato Pak Soekarno. Aku tidak yakin apakah kalian sudah lahir pada tahun itu. Tapi aku ingin bercerita tentang kejadian heroik yang ku saksikan sendiri dengan mata kepalaku. Peristiwa bersejarah yang tidak akan dilupakan oleh negara. Kalian tentu tidak asing dengan nama tempat Hotel Yamato. Tempat itu slalu disebut-sebut dalam pelajaran sejarah. Tempat kejadian heroik yang akan dikenang sepanjang masa.
Aku rakyat biasa yang cukup beruntung pada masa itu. Meski penduduk pribumi, aku berkesempatan merasakan bangku Pendidikan. Saat itu aku berada di kelas akhir Pendidikan menengah keatasku. Aku tidak pintar-pintar amat. Tapi aku cukup tahu bahwa negara ini belum merdeka sepenuhnya. Masih banyak rakyat tertindas dan susah. Bahkan keluargaku sebenarnya termasuk rakyat susah. Hanya karena ibu dan ayahku sudah bekerja puluhan tahun dirumah saudagar Belanda yang baik hati, aku diberi kesempatan sekolah sama seperti anak mereka. Dan sudah jelas, aku berteman sangat baim dengan Smith. Smith seumuran denganku. Dia anak yang baik dan ramah. Dia suka cepat belajar dengan lingkungan.
Aku dan Smith selalu berangkat dan pulang sekolah Bersama. Smith tidak pernah membeda-bedakan kasta dan derajat kami. Bahkan Smith sering membelaku disekolah jika aku di ejek atau di bully oleh anak-anak Belanda yang lain. Sebagai gantinya, aku dengan senang hati membantu tugas-tugas Smith. Pernah sekali dua kali aku yang mengerjakannya. Bagiku itu impas denga napa yang telah dilakukan Smith padaku. Mama dan papa Smith juga sangat baik padaku. Jika Smith dibelikan tas baru, maka aku juga akan dapat tas baru. Jika Smith punya sepatu baru, maka aku juga akan memilikinya.
Seiring berjalannya waktu, aku dan Smith tidak hanya jadi teman bermain. Dewasa ini kami jadi sering bertukar pikiran dan pendapat. Smith sendiri tidak tahu kenapa negaranya menjajah negaraku. Aku dan Smith juga sering berdiskusi. Saling memprediksi bagaimana nasib kedua bangsa ini beberapa tahun kedepan. "menurutmu sampai kapan negara mu ini dijajah Lim?." Tanya Smith suatu sore Ketika kami pulang sekolah. "aku juga tidak tau Smith. Meski presiden sudah menyatakan merdeka, nyatanya banyak rakyat Indonesia yang belum merdeka di daerah mereka sendiri." Jawabku.
 
"aku sudah capek. Bertahun-tahun dianggap musuh oleh rakyat Indonesia. Padahal secuil pun aku tidak pernah menganggap mereka musuh." Kata Smith lagi. "mereka hanya tahu kamu sebagai anak Belanda Smith. Jika mereka tahu apa yang sudah kamu lakukan untukku selama ini, mereka pasti berebut ingin berteman denganmu." Jawabku lagi sambil menyenggol lengannya. "bisa saja kamu." Jawab Smith juga menyenggolku. Kami berjalan beriringan sampai perempatan jalan besar. Sejak aku masuk SMA dua tahun yang lalu, papa smith memberi keluargaku rumah sendiri. Aku dan keluargaku  sudah tidak tinggal dirumah mewah Smith. Meski begitu, aku dan Smith masih selalu berangkat dan pulang sekolah Bersama. Aku melambai pada Smith.
Aku mampir sebentar di kedai Pak Somat untuk membeli rokok. Sampai disana, aku melihat banyak bapak-bapak sedang berkumpul merundingkan sesuatu. Samar-samar aku dapat mendengar percakapan mereka. "kata anakku Namanya AFNEI pak. Gatau juga kepanjangannya apa." Kata bapak-bapak bertopi hitam. "mereka datang hari ini. Katanya di tempatkan di Hotel Yamato yang di jalan Tunjungan itu." Sahut bapak-bapak bersinglet. "ono opo maneh tho ki?." Kata bapak-bapak berkumis. Aku hanya diam menyimak, kemudian mengambil kembalian.
Aku pulang dengan sedikit bingung. Siapa AFNEI?. Apa mereka tentara Jepang? Atau Belanda? Atau bahkan negara lain?. Aku berjalan sambil menyulut rokok ku. Sampai di depan rumah aku melihat adikku sedang mengambil jemuran. Ibu dan bapakku masih belum pulang. Mereka masih bekerja di rumah Smith. Aku segera mengganti seragamku dan makan. Tak lama adikku ikut menemaniku makan setelah menaruh tumpukan baju di ruang tengah. "nanti bantuin ngerjakan PR ya mas?." Kata adikku sambil mengambil nasi. "PR apa?. Kalau matematika aku gak bisa." Jawabku. "nggak. Pelajaran Bahasa Indonesia." Jawab adikku lagi. Aku hanya mengangguk dan segera menghabiskan makananku.
Bapak dan ibu pulang selepas maghrib. Keduanya langsung makan. Aku yang berniat bertanya pada bapak mengenai AFNEI jadi urung. Mungkin selesai mereka makan, pikirku.

Setelah membantu mengerjakan PR adikku, aku menemui bapak didepan. Bapak sedang menyeruput kopinya. "pak, aku tadi dengar bapak-bapak ngomongin AFNEI waktu di kedai Pak Somat. AFNEI itu siapa pak?." Tanyaku. "opsir sekutu sama Belanda." Jawab bapak santai. "mereka mau apa pak kemari?." Tanyaku lagi. "bapak dengar-dengar mereka mau berunding. Bukan mau menjajah lagi kok." Jawab bapak lagi masih dengan santai. Aku terdiam. Mau merundingkan apa?.
Esoknya, terjawab sudah pertanyaanku. Bukan perundingan baik-baik yang akan dilakukan AFNEI. Aku tidak tahu pasti apa yang mereka mau. Yang aku tahu, mereka sudah dengan lancang mengibarkan bendera Belanda di depan hotel Yamato. Mereka tidak menghargai pengibaran bendera merah putih diseluruh wilayah di Indonesia saat itu. Banyak orang berkumpul di depan hotel Yamato pagi itu. Termasuk aku. Aku sengaja tidak masuk sekolah. Aku juga tidak memberi tahu Smith. Aku tidak menunggunya seperti biasa di perempatan jalan. Aku langsung menuju jalan Tunjungan pagi itu.
Aku tahu Soedirman, wakil residen Surabaya menerobos massa untuk masuk ke hotel Yamato. Ia akan meminta dengan baik-baik kepada Belanda untuk menurunkan benderanya. Setelah beberapa lama perundingan terjadi di dalam hotel Yamato, kami semua tahu, perundingan itu tidak berjalan dengan baik. Kami memutuskan untuk menerobos masuk kedalam hotel. Beberapa dari kami juga berebut untuk naik keatas Hotel Yamato. Aku juga ikut berebut, tapi aku tidak berhasil. Adalah Pak Kusno Wibowo dan Pak Hariyono, wakil Soedirman yang berhasil memanjat naik keatas hotel Yamato dan berhasil menurunkan bendera Belanda.
Keduanya lalu merobek bendera Belanda bagian biru, dan mengibarkannya Kembali sebagai bendera merah putih. Aku menyaksikan sendiri kejadian itu. Sesaat setelah bendera Kembali berkibar, kami yang berada dibawah dengan serentak meneriakkan kata "merdeka" dengan lantang berulang kali. Aku turut berteriak dengan rasa haru. Meski bukan aku yang melakukan aksi tadi, aku sungguh bangga. Kami mampu merobek paksa bendera Belanda yang dengan lancang berkibar.
Meletuslah aksi baku hantam didepan hotel Yamato pagi itu. Pemuda-pemuda Surabaya dengan beraninya melawan tentara Belanda yang bersenjata. Sebenarnya aku takut. Aku tidak pandai berkelahi, apalagi menggunakan senjata. Tapi apa boleh buat. Aku sudah berada disini. Aku harus berani melawan. Aku mengambil kayu yang tergeletak didekat trotoar. Dengan percaya diri aku memukul kepala alah satu tentara Belanda dari belakang. Ia sempat menoleh, lalu kemudian tumbang. Aku gemetar. Apa aku baru saja membunuh?. Tapi itu tidak lama. Aku segera Kembali berlari dan melawan. Entah berapa kali aku jatuh dan hampir terkena pukulan.
Aku tidak akan melupakan hari itu. Hari bersejarah dalam hidupku, tentunya juga bagi bangsa Indonesia ini.aku akan dengan bangga menceritakannya pada anak cucuku kelak, juga pada kalian. Semua orang harus tahu, betapa heroik kejadian yang kuhadapi hari itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun