Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Photographer, Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mendaki Gunung Argopuro 4 Hari 3 Malam yang Semakin Melelahkan || Part 2

7 Oktober 2022   10:23 Diperbarui: 7 Oktober 2022   10:30 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pos Cikasur (foto dokpri)

2 jam trekking dilalui, akhirnya nyampe di Cisentor. Kami makan siang di Cisentor dengan bekal makanan yang sudah kami siapkan sebelumnya. Ada niat mau mandi di sungai kecil yang mengalir. Apadaya, niat diurungkan karena airnya sangat dingin. Belum mandi saja badan sudah menggigil. Padahal niat ingin mandi sudah kuat sekali.

Selesai makan siang, ngopi dan ngobrol-ngobrol, kami lanjut ke pos Rawa Embik. Yang perlu diperhatikan adalah mengatur managemen waktu agar jangan sampai kemaleman diperjalanan. Biasanya sering terjadi salah jalan sehingga tersesat karena jalur yang dilalui bercabang dan gelap. Jadi benar-benar harus diperhatikan hal-hal kecil yang bisa merugikan saat diperjalanan.

Tiba di Pos Rawa Embik yang dikenal ada mata air juga. Jadi kami mengisi botol-botol minuman kami yang sudah terkuras habis karena kehausan sepanjang perjalanan. Meski airnya tidak begitu jernih tapi wajib mengisi ulang botol minuman buat jaga-jaga haus diperjalanan. Dari Rawa Embik kami lanjut ke Pos Sabana Lonceng. Dan Di pos ini kami akan mendirikan tenda dan ngecamp. Meski tidak ada mata air di Sabana Lonceng Tapi dari Sabana Lonceng menuju Puncak Ringganis, Puncak Argopuro dan Puncak Hyang sudah cukup dekat. Maka, kami pun sepakat ngecamp disini.

Pos Cisentor (foto dokpri)
Pos Cisentor (foto dokpri)

Sebelum tiba di Sabana Lonceng banyak kejadian-kejadian yang diakibatkan rasa lelah yang memuncak. Mungkin hampir semua dari teman-teman sudah pengen cepat-cepat sampai di Pos Sabana Lonceng dikarenakan rasa lelah yang sudah diubun-ubun. Begitu juga dengan gue, karena rasa lelah gopro max yang ada disaku celana sempat terjatuh dan kepanikan melanda. Maklum, Gopro baru beli kalau hilang kebayangkan gimana gundah gulanannya? Eh, ternyata teman-teman ngerjain gue. 

Gopro yang tertinggal saat beristirahat diambil mereka dan dimasukin ke saku celana mereka (tepatnya di saku celana Hari). Gara-gara Gopro gue hampir berlari dengan kecepatan kilat turun kembali ke jalur yang sudah dilalui. Untung saja Hari langsung memperlihatkan Gopro yang ada di genggamannya. Panic attack Dissorder gue langsung kumat.

Pukul 15:30 WIB, gue tiba di Sabana Lonceng bersama rekan Budi dan Hidayat. Kemudian disusul dengan teman-teman lainnya. Kami langsung mendirikan tenda dikarenakan takut hujan turun tiba-tiba. Gue yang mulai menggigil kedinginan langsung ganti baju yang kering. Kalau maksa pakai baju yang basah bisa-bisa kena hipotermia.

Malam harinya, kami masak untuk makan malam sambil api unggunan. Makan malam sambil ngobrol-ngobrol terasa intimate banget. Kita saling berbagi kisah apa saja. Malam itu keakraban terasa banget. Meski lelah tapi kami tetap menikmati setiap momen kebersamaan. Dan, berbagi kisah menjadi bumbu penghantar malam kami.

Pos sabana lonceng (foto dokpri)
Pos sabana lonceng (foto dokpri)

Tapi saying, kami tidak bisa berlama-lama di luar tenda karena udara semakin menggila dinginnya. Kami pun masuk ke dalam tenda masing-masing dan memutuskan untuk beristirahat. Karena, hari esok masih ada medan berat yang harus dilalui lagi.  Meski, lagi-lagi, gue nggak bisa tidur karena memang sudah menjadi penyakit susah tidur ketika di gunung. Ditambah lagi badai angin yang masih mengganggu malam kedua kami. Hmmm... suara badai anginnya bak badai ombak yang begitu kencang.

Bagaimana Malam berikutnya???

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun