Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Photographer, Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Angka 40 dan Air Mata

5 April 2020   13:14 Diperbarui: 5 April 2020   13:14 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto:dok liputan6.com

Kemaren, temanku ulangtahun yang ke 40 tahun. Seperti biasa, aku merupakan orang yang paling ingat ulangtahun teman yang aku anggap dekat. Bukan karena di Facebook ada reminder untuk orang yang berulang tahun ya. Melainkan aku memang orang yang paling ingat tanggal lahir orang-orang terdekat (teman & keluarga). Setiap kali ada yang berulang tahun, pasti aku memberikan ucapan selamat lewat pesan singkat WA atau menelpon langsung.

Kali ini, karena yang berulangtahun teman yang cukup dekat, bagiku ngirim ucapan via WA saja tidak cukup. Akhirnya, aku menelponnya di pagi hari (bukan subuh-subuh atau pasti pergantian hari Teng ya.)

Kira-kira percakapan singkat via telpon itu seperti ini:

"Happy bday dear... wish you all the best!"

"Thank you, Very. Duh, lu tuh orang yang nggak pernah lupa sama ulangtahun gue."

"Namanya juga teman, ya nggak mungkin lupa dong."

"Tapi, hampir 15 tahun berlalu, lu selalu ingat ultah gue. Dan.. gue sedih banget sekarang.."

"Lha kenapa sedih? Harus bahagia dong!"

Terdengar suara isak tangis diseberang telepon.

"Lu nangis?" tanya gue penasaran dan suara isak tangis semakin jelas.

"Sorry, Ver. Gue sudah nggak bisa membendung kesedihan ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun