Mohon tunggu...
Tiyang polos
Tiyang polos Mohon Tunggu... Jagain warung

Ingin berpetualang baru dan mencari saudara baru sekaligus merangkai kata demi kata menjadi sebaris kalimat yang tidak begitu berguna

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Diego Jota, Takdir dan Iman Kemanusiaan

8 Juli 2025   15:19 Diperbarui: 8 Juli 2025   15:19 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika kabar kecelakaan tragis menimpa Diogo Jota dan adiknya muncul ke permukaan, saya pikir itu hanya hoaks iseng tengah malam. Tapi tidak. Malam itu, bukan hanya mobil yang terbakar, tapi juga perasaan seluruh pencinta sepak bola---terutama kami yang mencintai Liverpool, dan bahkan mereka yang bukan fans The Reds.

Yah tepat tanggal 3 Juli 2025, sekitar pukul 00:30--00:40 CEST, Lamborghini Urus yang dikemudikan Jota mengalami pecah ban saat menyalip di KM65--65A52 dekat Cernadilla, Zamora, Spanyol. Mobil oleng, keluar jalur, dan terbakar hebat, menyebabkan keduanya meninggal di lokasi kejadian.

Mereka dikabarkan dalam perjalanan menuju Santander untuk menyeberang ke Inggris setelah Jota direkomendasikan tidak naik pesawat oleh dokter pasca-operasi paru-paru.

Jota bukan Messi. Bukan juga Ronaldo. Ia bukan sosok dengan 7 Ballon d'Or atau 100 juta pengikut Instagram. Tapi justru karena itu, ia terasa dekat. Diogo Jota adalah tipe pemain yang tidak banyak bicara, tak suka mencari kamera, dan selalu bekerja keras di lapangan. Ia tidak berisik, tapi efektif. Tidak flamboyan, tapi setia. Dan justru di situ letak kekuatannya.

Liverpool, Lebih dari Klub

Di tengah kabar duka, Liverpool tampil bukan hanya sebagai institusi olahraga, tapi sebagai keluarga sejati. Klub ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya tahu cara memenangkan trofi, tapi juga tahu bagaimana menjaga manusia yang membuat trofi itu mungkin terjadi.

Dari penundaan pramusim, pengibaran bendera setengah tiang, hingga keputusan luar biasa untuk memensiunkan nomor punggung 20, Liverpool mengajarkan bahwa sepak bola bukan cuma soal skor, tetapi soal rasa dan penghormatan.

Ketika mereka membuka buku duka untuk fans, bahkan dari lawan abadi seperti Everton dan Manchester United, kita tahu: Jota mungkin mati dalam kecelakaan, tapi dia hidup dalam kenangan. Liverpool tidak sekadar melepas pemain. Mereka melepas seorang anak, ayah, suami, dan sahabat.

Diogo Jota, Si Pendiam yang Membuat Kami Teriak

Kalau kamu fans Liverpool, kamu tahu betapa seringnya Jota mencetak gol penting: gol pembuka, gol penentu, atau gol pengubah momentum. Tapi ia tidak pernah selebrasi berlebihan. Ia hanya senyum tipis, menutup tangan, lalu kembali ke tengah lapangan seperti bilang, "kerja saya belum selesai."

Ironis. Ia pergi di perjalanan-seperti hidupnya: selalu bergerak, selalu menuju sesuatu. Dan kini, perjalanannya selesai. Tapi bukan berarti maknanya selesai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun