Mohon tunggu...
Banu Zahid
Banu Zahid Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Pikiran adalah kekuatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Kurban: Cinta Kemanusiaan dan Kebesaran Jiwa

11 Agustus 2019   12:32 Diperbarui: 11 Agustus 2019   12:41 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto by: Ismail Marzuki

Selamat Hari Raya Ihul Adha 1440 H.......

Hari ini kita berada diakhir bulan dalam kalender Hijriyah, yaitu bulan dzulhijjah yang didalamnya ada dua nikmat, pertama nikmat menjalankan ibadah haji dan nikmat hari kurban. Hari raya kurban sendiri menjadi suatu tradisi umat islam yang disunnahkan untuk melakukan satu amalan yaitu berkurban dengan memotong hewan ternak sapi, unta dan kambing. Di Indonesia sendiri momentum itu menjadi satu sejarah karena bertepatan di bulan kemerdekaan republik Indonesia.

Masyarakat Indoensia sudah mengalami hiruk pikuk selama dua tahun ke belakang akibat berada dalam istilah "tahun politik" yaitu pemilu. Perdebatan sengit, perbedaan pendapat hingga gesekan-gesekan sosial membuat tenaga masyarakat terkuras. Bahkan isu yang beredar mengatakan ada keterbelahan rakyat Indonesia akibat tensi politik, walaupun pada ujungnya politik dagang sapi pula. Kita cukupkan bahasan soal residu-residu pemilu kemarin, yang buruk adalah akibat keserakahan manusia itu sendiri dan yang baik itu karunia dari Tuhan.

Bulan kemerdekaan menjadi titik sentral bagi kebahagiaan rakyat Indonesia, perjuangan panjang bangsa ini melawan penjajah menjadi satu manuskrip bahwa kita adalah bangsa yang berani, besar dan memiliki martabat di mata dunia. Bingkisan kado bulan perjuangan semakin indah ketika rakyat Indonesia khususnya umat islam dengan rasa ikhlasnya memberikan satu pelajaran kemanusian penting bagi kehidupan bangsa dan negara.

Jika kita baca hari kurban dalam persepektif sosial, ini merupakan satu simpul persatuan sendi bangsa yang dibungkus umat beragama (islam). Memaknai berkurban bukan hanya melihat orang mampu yang mensedekahkan hartanya (kurban) tetapi ada satu nilai sosial yang bisa kita diskusikan dalam kaitannya memberikan satu pendidikan humanis terhadap masyarakat.

Pertama terbentuknya cinta kemanusiaan (filantropi), kita tahu bahwa dalam berkurban tidak serta merta pemotongan hewan saja. Ada dampak ekonomi dalam prosesi kurban itu sendiri, kita merasakan bagaimana kondisi ekonomi nasional? Masih berada dalam bayang-bayang krisis jika kita lihat pola manajemen yang terjadi, korupsi impor bawang, pejabat bumn dan lain sebagainya. Ekonomi mandiri dihasilkan oleh masyarakat itu sendiri dengan aktivitasnya sehari-hari, tentu saja dalam momentum kurban sirkulasi peredaran uang ditengah-tengah masyarakat membuat kondisi ekonomi nasional terbantu dengan sendirinya.

Aspek empati menjadi barang langka diakhir jaman seperti ini, orang hanya berpikir untuk dirinya sendiri. Tak banyak yang berbicara mengenai kebutuhan orang lain khususnya yang masih kesusahan dalam menjalani hidupnya. Aspek empati merupakan puncak kesadaran sosial yang memberikan satu semangat tolong menolong, berbagi untuk sesama dan ada makna gotong royong didalamnya.

Momentum kurban bisa kita rasakan dimana sebagain masyarakat yang mampu berkuraban memberikan empatinya melalui daging yang dibagikan kepada mereka yang membutuhkan. Dengan satu asa agar semua masyarakat bisa menikmati makanan yang sama tanpa ada perbedaan. Teladan ini menjadi mahal harganya ditengah-tengah tantangan dan dominasi masyarakat global, kita patut apresiasi terhadap pihak-pihak yang selalu berjuang dijalan empati.

Kedua yaitu kebesaran jiwa, dimensi ini harus dibaca secara holistik bagaimana manusia diberikan satu fitrah agar merelakan sebagian hartanya untuk nilai-nilai filantropis. Momentum kurban mendorong setiap insan agar selalu besar jiwanya, bukan hanya orang yang melakukan kurban saja, tetapi panitia, partisipasi warga menjadi satu resonansi kebesaran jiwa yang utuh. Ikatan jiwa terbentuk dalam prosesi berkurban, bagaimana tenaga, waktu dan hartanya dihabiskan pada saat itu juga demi suksesnya kurban dan berdampak pada rasa bahagia bagi tiap-tiap insan.

Pendidikan kurban jelas sangat berdampak nyata bagi kehidupan sosial, bukan hanya sudut pandang kemanusiaan, ekonomi saja (horizontal), tetapi sebenarnya ini adalah bagian dari iman yang dibungkus dengan ketaqwaan. Hari-hari besar umat beragama yang lainnya pun demikian, memberikan satu kemanfaatan bagi sekitarnya. Kita patut bersyukur hidup ditengah-tengah masyrakat berTuhan, kita menjadi lebih dewasa dan memahami satu sama lain bahwa ikatan manusia adalah hal yang utama terlepas dari latar belakangnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun