Mohon tunggu...
Asep Wijaya
Asep Wijaya Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengajar bahasa

Penikmat buku, film, dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"A Quiet Place", Ketika Hidup Minim Bunyi Jadi Kunci untuk Bertahan

3 April 2018   17:09 Diperbarui: 3 April 2018   18:02 1725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keduanya bersama sisa dua anaknya, karena anak bontotnya tewas dibunuh monster, menjadi tokoh yang bikin kita ikut-ikutan gelisah dan khawatir. Seperti saat kesalahan yang dilakukan Marcus kala ia tengah bermain dengan saudarinya Regan Abbott (Millicent Simmonds). 

Kegelisahan itu muncul karena si sutradara berhasil membangun ikatan kuat tali kekeluargaan. Setiap kita tentu punya keluarga, sehingga menyimak film ini seperti melihat diri sendiri beserta anggota keluarga kita yang sedang berada pada situasi yang disajikan film. 

Belum lagi konflik kecil antar anggota keluarga yang turut membumbui ikatan hangat kekeluargaan itu. Ditambah lagi, si ibu tengah hamil tua dan semua anggota keluarga bersiap menerima kedatangan bayi. 

Ya, kehadiran bayi yang suka rewel dan menangis di tengah kepungan monster pemburu suara. Makin pecah konflik yang tersaji dalam film. Tapi lagi-lagi, John Krasinski tidak konyol menghadirkan konflik tersebut. 

Lihat bagaimana tokoh suami-istri kita mendesain tempat tidur bayi dari peti disertai perangkat oksigen. Mereka juga telah menyiapkan ruang bawah tanah yang kedap suara. Tapi tentu itu semua belum cukup menghentikan ketegangan kita. 

Justru semua perlengkapan itu malah jadi instrumen pencipta horor yang efektif. Bayangkan saja di ruang serba sempit itu, tempat bayi tidur nyenyak, muncul monster pembunuh. Beruntung logika bunyi yang jadi pakem cerita menyelamatkan ibu dan anak itu. 

Tetapi yang menarik ditunggu justru apakah keutuhan anggota keluarga itu tetap terpelihara hingga akhir cerita? Bagaimana juga kemudian mereka bisa menangani ancaman monster pemburu bunyi yang mengepung kota, bahkan mungkin dunia? 

A Quiet Placesepertinya tidak peduli pada plotdengan aneka kelokan ceritanya. Kita cukup disuguhi situasi Dead or Alive(DoA) sekaligus menanti-nanti kelanjutan nasib para tokoh kita. 

Tapi adegan penyusun cerita DoA ini tidak habis-habis muncul di hadapan kita. Kita hanya bisa beristirahat kurang dari dua menit sebelum kemunculan kembali adegan ngeri lainnya.  

Dan tentu saja, kita tidak seperti sedang dibodohi. Sebab logika cerita sudah selesai dibangun secara kokoh. 

Malah menyaksikan film ini, kita bisa mendapatkan dua rasa sekaligus: selain adrenalin yang melompat-lompat, film ini juga memberikan inspirasi tentang bagaimana bangunan kekeluargaan dikelola. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun