Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Fokus Berubah

20 Januari 2021   21:48 Diperbarui: 20 Januari 2021   22:02 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apa -- apa yang telah diputuskan, hendaklah dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab, dan tidak merubah fokus agar sasaran yang ingin dicapai tidak meleset. Sebagaimana contoh sederhana berikut. Andaikan seseorang memerintahkan orang sebagai berikut, bacalah surat kabar Lampung ( ditulis dalam bahasa Indonesia ), tanggal 20 Januari 2021. Dengan serta merta pelaksanaannya dimaknai dengan, mempelajari bahasa Indonesia. Dimulai dari belajar membaca, menghafal, dan menulis alphabet atau abjad Indonesia, a, b, c, .........  z.

Dilanjutkan dengan belajar merangkai huruf, misal. i + n + i  = ini, i + b + u = ibu, b + u + d + i  = budi. Terus ketiganya dirangkaikan sehingga berbunyi "ini ibu budi". Kalau mau jujur, bukankah ini pelajaran TK ( Taman Kanak -- Kanak ) di Indonesia? Demikian seterusnya, sehingga akhirnya orang yang diperintah untuk membaca surat kabar Lampung tanggal 20 Januari 2021 itu pandai membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia.

Pertanyannya. Apakah dengan pandai membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia orang tadi lalu secara otomatis mengetahui informasi atau berita, yang diwartakan  dalam  surat kabar Lampung tanggal 20 Januari 2021 dimaksud? Tidak. Mengapa? Karena fokus pelaksanaan, orang tersebut sudah berubah. Yang seharusnya  membaca agar mengetahui informasi atau berita yang diwartakan dalam surat kabar Lampung tanggal 20 Januari 2021, berubah menjadi mempelajari cara membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia.

Dan bisa jadi orang tersebut malah tidak mengetahui isi berita surat kabar Lampung tanggal 20  Januari  2021, mengapa? Karena untuk mempelajari sampai dapat membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia butuh waktu. Bisa satu minggu, satu bulan atau bahkan mungkin sampai satu tahun baru mahir. Mari dibayangkan apa yang terjadi? Bisa -- bisa koran yang harus dibaca tadi, malah sudah tidak diketahui dimana rimbanya, logis bukan? Dan ada yang lebih celaka lagi, apa itu? Belum sempat membaca, orangnya sudah mati duluan.

Kalau begitu, apakah orang tadi salah dan rugi? Tidak semuanya, salah dan rugi. Paling tidak, orang tadi sudah mendapat pahala atau ganjaran atau gift atas usaha atau perbuatan yang telah dilaksanakannya. Apa wujud pahala, atau ganjaran, atau gift yang didapatnya? Pahala atau ganjaran atas perbuatannya, orang tadi lalu mengerti aksara, menulis, dan pandai membaca dalam bahasa Indonesia. Atau dengan kata lain, yang tadinya termasuk kategori 3 buta, menjadi bebas 3 buta ( huruf, baca, tulis ) dalam bahasa Indonesia, alhamdulillah.

Kita hendaklah tidak berpikir, bahwa pahala baru akan diterima nanti kalau sudah mati. Dan kita hendaklah tidak berpikir, yang namanya pahala adalah surga diakherat kelak. Surgapun dapat dinikmati di dunia ini. Seperti orang yang sudah mendapat pahala atau ganjaran bebas 3 buta tadi, juga mendapat surga. Apa wujud surganya, wujud surganya kalau berjalan -- jalan atau berdarmawisata tidak kesasar, karena dia bisa membaca informasi dan petunjuk jalan.

Selanjutnya mari kita gali makna batiniyah, atau makna yang tersirat, atau makna yang tersembunyi dalam surat Luqman ayat 14. Dan Kami perintahkan kepada manusia ( berbuat baik ) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah - tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Ayat ini memberi petunjuk seyogyanya anak disapih, sedikitnya setelah berumur 2 tahun. Apakah pahala dan surga yang didapat orang tua, bila melaksanakan firman Allah ini? Pahala, atau ganjaran, atau hadiah yang didapat adalah ibunya sehat demikian pula anaknya, karena sang anak mendapat kekebalan tubuh langsung dari ibu melalui Air Susu Ibu ( ASI ). Dengan anak dalam kondisi sehat, orang tua dapat bekerja secara terfokus pada pekerjaannya. Hasil yang diperolah dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan keluarganya. Ini wujud surga dunianya. Mengenai pahala, dan surga dikelak kemudian hari itu hak prerogative Allah.

Sebaliknya bila seseorang tidak melaksanakan firman tersebut, begitu anaknya lahir tidak diberi ASI. Anak sakit -- sakitan, karena tidak mendapat kekebalan tubuh dari ibunya. Dengan anak sakit - sakitan, orang tua tidak dapat bekerja secara terfokus pada pekerjaannya. Dan hasil yang diperolah tidak dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan keluarganya. Karena pendapatan yang diperoleh, habis digunakan untuk biaya perawatan anaknya. Kondisi seperti ini dapat mendorong seseorang untuk berbuat yang tidak semestinya hanya karena pendapatan yang pas -- pasan, dan didera kebutuhan yang mendesak. Dan karena didera penderitaan berkepanjangan  tidak menutup kemungkinan orang tadi lalu berbuat nekat, dan melanggar hukum yang akhirnya berurusan dengan penegak hukum.  Ini wujud neraka dunianya. Mengenai imbalan dikelak kemudian hari, itu hak prerogative Allah.

Kembali ke masalah, bebas 3 buta dalam bahasa Indonesia. Salahnya, orang tersebut telah merubah sasaran atau merubah fokus atau merubah arah yang seharusnya. Dan ruginya, tertundanya orang tersebut mengetahui informasi atau berita yang diwartakan dalam surat kabar dimaksud. Atau malah tidak mengetahui sama sekali, karena korannya sudah tidak diketahui dimana rimbanya, atau bisa saja karena orangnya sudah mati duluan.

Lalu bagaimana, dengan yang selalu dikatakan orang - orang selama ini. Yang mengatakan, membaca kitab Al Qur'an dalam bahasa Arabnya dapat pahala, walau tidak mengerti artinya tidak apa -- apa. Mari dianalogikan, atau dialur pikirkan sama dengan ilustrasi tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun