Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Haramkah?

24 Desember 2020   07:51 Diperbarui: 24 Desember 2020   07:58 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai penganut agama apapun agamanya wajib mempercayai Nabi - Nabi, sejak Nabi Adam As. sampai dengan Nabi Muhammad SAW. Karena hakekatnya Nabi -- Nabi tersebut adalah orang -- orang terpilih, yang diutus untuk menyampaikan perintah dan petunjuk Allah, sesuai dengan zamannya masing -- masing. Jadi hendaklah kita tidak hanya percaya kepada Nabi yang kita pedomani, dan atau Nabi yang kita teladani sesuai agama yang kita anut saja. 

Tetapi kita juga wajib percaya, kepada kebenaran Nabi yang dianut oleh orang yang berbeda agama. Meskipun tidak menutup kemungkinan, untuk Nabi yang sama tetapi dengan sebutan atau nama yang berbeda. Silahkan saja, karena memang itu sebutan atau nama yang berlaku dalam agama tersebut. Toh kita sudah akrab dengan kata -- kata, "lakum dinukum waliadin".

Difirmankan dalam Al Qur'an dan kita wajib mempercayai dan meyakini, hakekatnya agama adalah dari Allah yang satu, dan yang membawa kebenaran untuk membangun manusia demi terwujudnya insan yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.

Surat Al Anbiyaa' ayat 92. Sesungguhnya ( agama Tauhid ) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.

Dalam rentang waktu sejak Nabi Adam As. sampai dengan Nabi Muhammad SAW, agama yang membawa kebenaran dari Allah tersebut, sudah barang tentu disampaikan secara berkesinambungan oleh utusan Allah dalam hal ini para Nabi, kepada umat manusia sesuai dengan zamannya.

Surat An Nahl ayat 36. Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap - tiap umat ( untuk menyerukan ): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang - orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang - orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang - orang yang mendustakan ( rasul -- rasul ).

Oleh karena itu perintah dan petunjuk Allah yang terangkum dalam Kitab Suci masing -- masing agama, disampaikan dalam bahasa umat yang akan diberi petunjuk. Layaknya Al Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. menggunakan bahasa Arab, agar dipahami oleh orang Arab.

Surat Yusuf ayat 2. Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.

Surat Az Zukhruf ayat 3. Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya).

Seperti kita orang Indonesia yang menganut agama Islam, tentunya akan lebih mudah mengerti perintah dan petunjuk Allah yang tertulis atau Al Qur'an, bila sudah diterjemahkan dari bahasa Arab kedalam bahasa Indonesia. Kemudian dikaji makna batiniyah yang terkandung didalamnya dengan baik, agar kita dapat mengamalkan atau melaksanakannya dengan benar dan tepat. Mengingat perintah dan petunjuk Allah, umumnya disampaikan dalam bentuk perumpamaan.

Sebagai penganut Islam, tentunya juga wajib mempercayai akan kebenaran agama yang disampaikan oleh para Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Karena Allah telah menentukan bahwa untuk membimbing suatu kaum, Allah akan menunjuk seorang Rasul yang berasal dari kaum yang bersangkutan agar dapat memberikan penjelasan dengan terang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun