Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ayat Tidak Tertulis

16 Juni 2020   00:09 Diperbarui: 16 Juni 2020   00:19 1914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebaliknya dalam mengaji ayat -- ayat Allah, hendaklah kita mengedepankan akal, karena dengan akal, seseorang akan dapat menerima dan mengambil pelajaran, sebagaimana petunjuk-Nya dalam Al Qur'an. Surat Al Baqarah ayat 269. Allah menganugerahkan al hikmah ( kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah ) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang-siapa yang dianugerahi hikmah, ia benar - benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran ( dari firman Allah ). Surat Az Zumar ayat 9.   ( Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung ) ataukah orang yang beribadat di waktu - waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang - orang yang mengetahui dengan orang - orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Surat Az Zumar ayat 18. yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal. 

Kalau memang ingin memperbaiki diri, mestinya wajib siap dengan syarat tersebut, mari kita mulai mengaji ayat -- ayat Allah yang tidak tertulis berupa: ikan laut, lalu dirunut ke ayat -- ayat Allah yang tertulis. Kita semua pasti mengetahui, meskipun ikan tersebut hidup dalam lingkungan air yang berasa asin, namun rasa dagingnya tawar. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Karena sang ikan masih ketempatan dzat hidup, sehingga masih mempunyai daya tangkal dan kemampuan untuk bertahan hidup, serta berbuat sesuai dengan kehendaknya. Ingin menyelam sampai ke dasar laut, bisa. Ingin menyembul sampai ke permukaan air, bisa. Ingin jalan/renang berbelok ke kiri atau ke kanan, bisa. Ingin berjalan melawan arus, bisa. Pokoknya ingin berbuat sesuai dengan kehendaknya, bisa.

Coba kita bandingkan dengan ikan laut yang sudah kehilangan dzat hidupnya, alias ikan mati. Selang beberapa saat berbau busuk, karena sudah tidak mempunyai daya tangkal untuk melawan bakteri pembusuk yang akan menghancurkan dirinya. Sekujur tubuhnya ditaburi garam, akan asinlah rasa dagingnya dan jadilah ikan asin. Mau menyelam sudah tidak dapat, mau jalan ke kiri atau ke kanan sudah tidak dapat, mau menyembul sampai ke permukaan air sudah tidak dapat. Boro -- boro mau berjalan melawan arus, tentunya juga tidak dapat. Mengapa? Karena si ikan sudah kehilangan dzat hidupnya, sehingga hilang pulalah kemampuannya untuk berbuat seperti biasanya. Adanya hanya terapung di permukaan air, terbawa arus, dan kemana arah angin kesana lah dia terdampar. 

Hal yang sama, mari kita arahkan kepada diri kita sendiri sebagai manusia. Manusia juga ketem-patan dzat hidup berupa Ruh Suci ( surat Shaad ayat 72 ), merupakan sebagian dan bagian yang tidak terpisahkan dari Yang Maha Suci; Oleh karena itu, sesungguhnya manusia mempunyai sifat-sifat ke Illahian layaknya sifat - sifat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci. Surat Ar Ruum ayat 30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; ( tetaplah atas ) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.  

Bila kita selalu ingat ( Jawa=eling), bahwa diri kita ketempatan dzat hidup atau Ruh Suci. Dan selalu memelihara dan menjaganya agar tetap hidup, meskipun keberadaannya terperangkap dalam badan wadag yang ketempatan hawa nafsu yang berkiprah atas kendali iblis, setan dan sebangsanya; Insya-Allah masih memiliki daya tangkal dan mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup, sesuai dengan sifat dan kehendak Allah Swt. yang tercermin dalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata kita sehari -- hari. Layaknya ikan laut, yang masih hidup tadi. Ini merupakan gambaran seseorang, yang telah dapat mengendalikan hawa nafsunya.

Mari kita bayangkan, bagaimana bila seseorang dalam hidup kesehariannya, terombang ambing sesuai dengan arus deras dari pengaruh yang terjadi dilingkungannya. Ke utara kata orang, ikut ke utara. Ke selatan kata orang, ikut ke selatan. Ke barat kata orang, ikut ke barat. Ke timur kata orang, ikut ke timur. Bukankah itu sama dengan ikan yang sudah kehilangan dzat hidupnya, alias ikan yang sudah mati? Ini adalah gambaran seseorang, yang dikendalikan oleh hawa nafsunya.

Jadi benar bukan? Apa -- apa yang dilihat secara nyata dari ayat -- ayat Allah yang tidak tertulis, hakekatnya menunjukkan atau membuktikan kebenaran dari ayat -- ayat Allah yang tertulis bersifat gaib?

Sekarang mari kita mengaji Al Qur'an bersama, diawali dari ayat -- ayat Allah yang tertulis, bersifat gaib, lalu dirunut ke ayat -- ayat Allah yang tidak tertulis, bersifat nyata. Ok! Misal, surat Al Hujuraat ayat 13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku - suku supaya kamu saling kenal - mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Mari kita bertanya. Benarkah Allah menciptakan manusia di dunia ini, menjadi berbangsa - bangsa? Benar sekali! Kalau masih kurang yakin akan kebenaran firman tersebut, silahkan tengok semesta alam atau jagad raya seisi nya. Silahkan dihitung berapa jumlah negara di dunia ini. Misal jumlah negara ada sekian ratus di dunia ini, maka sekian ratus pula bangsa yang mendiami dunia ini. 

Benarkah Allah menciptakan manusia di dunia ini, menjadi bersuku -- suku bangsa? Benar sekali! Kalau masih kurang yakin akan kebenaran firman Allah tersebut, silahkan tengok di sekeliling kita saja, tidak usah melihat ke negara lain. Karena di negeri sendiri saja ada sekitar 714 suku bangsa, yang mendiami negeri yang sama - sama kita cintai ini.

Terbukti bukan, bahwa ayat -- ayat Allah yang tidak tertulis, menunjukkan atau membuktikan kebenaran dari ayat -- ayat Allah yang tertulis. Mari kita kaji bersama, surat Ar Ruum ayat 22. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun