Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ayat Tidak Tertulis

16 Juni 2020   00:09 Diperbarui: 16 Juni 2020   00:19 1914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah bagi kita semua.

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. Penganut Islam tentunya sudah mengetahui, bila ayat -- ayat Allah ada 2 jenis. Yaitu ayat -- ayat Allah yang tertulis, dan ayat -- ayat Allah yang tidak tertulis berupa semesta alam, atau jagad raya seisinya termasuk manusia. Sudah barang tentu semua ayat - ayat Allah tersebut, wajib diamalkan atau dilaksanakan.

Mengapa Al Qur'an, dikatakan ayat -- ayat Allah yang tertulis? Ya karena perintah dan petunjuk Allah atau firman Allah tersebut, didokumentasikan dalam bentuk tulisan sebagai kitab atau buku. Mengapa firman Allah tersebut harus ditulis? Karena sesungguhnya firman Allah itu tidak tampak mata dan tidak berwujud, jadi bersifat gaib. Benarkah firman Allah bersifat gaib? Benar! Mari kita uji saja. Misal, surat Luqman ayat 2 memfirmankan: Inilah ayat - ayat Al Qur'an yang mengandung hikmat. Mari kita bertanya, apakah firman tersebut tampak mata, dan berbentuk? Tidak. Surat Luqman ayat 3. memfirmankan: menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang - orang yang berbuat kebaikan. Mari kita bertanya kembali, apakah firman tersebut tampak mata, dan berbentuk? Tidak.

Dari kenyataan tersebut, hendaklah kita dapat memahami kalau firman Allah itu bersifat gaib. Namun kita wajib mengimani atau mempercayai, bahwa firman itu adalah kebenaran yang datangnya dari Allah, dan yang seharusnya ditempatkan dalam hati setiap penganut Islam. Dengan demikian, dimana dan kemana pun umat Islam beraktivitas, harusnya mengetahui dan menyadari bahwa Al Qur'an yang wajib dipedomani, selalu ada bersamanya. Surat Asy Syu'araa' ayat 192. Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, surat Asy Syu'araa' ayat 193. dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), surat Asy Syu'araa' ayat 194. ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, surat Asy Syu'araa' ayat 195. dengan bahasa Arab yang jelas.

Agar Al Qur'an yang tidak lain adalah firman Allah, atau perintah dan petunjuk-Nya, dapat diwariskan kepada generasi penerus termasuk kita sekarang ini, maka ditulislah dalam lembaran kertas, lalu dibuat kitab atau buku. Dengan demikian seharusnya kita memahami, dinamakan kitab Al Qur'an karena di dalam kitab tersebut, berisi atau bertuliskan Al Qur'an, atau perintah dan petunjuk Allah, atau firman Allah. 

Mengenai bahasa yang digunakan dalam pembuatan buku atau kitab Al Qur'an, sudah barang tentu tergantung dengan bangsa, dan atau suku bangsa apa yang akan membuat buku atau kitab. Kalau orang Indonesia yang akan membuat bukunya, sudah semestinya kalau Al Qur'an dicetak menggunakan bahasa Indonesia, agar dipahami oleh orang Indonesia. Kalau orang Jepang yang akan membuat bukunya, sudah semestinya kalau Al Qur'an dicetak menggunakan bahasa Jepang, agar dipahami oleh orang Jepang.

Demikian juga kalau orang Arab yang akan membuat bukunya, sudah semestinya kalau Al Qur'an dicetak menggunakan bahasa Arab, agar dipahami oleh orang Arab. Sebagaimana petunjuk-Nya dalam surat Yusuf ayat 2. Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. Mengapa petunjuknya menyatakan demikian? Ya karena yang menerima petunjuk adalah Nabi Muhammad, yang nota bene beliau adalah orang Arab. Mudah -- mudahan dengan penjelasan ini, kita dapat membedakan antara Al Qur'an dengan kitab Al Qur'an.

Lalu bagaimana hal nya, dengan ayat -- ayat Allah yang tidak tertulis? Yang dimaksud, ayat -- ayat Allah ini memang tidak tertulis dalam bentuk buku atau kitab, tetapi terwujud layaknya jagad raya atau semesta alam seisi nya termasuk diri manusia ini, jadi bersifat nyata. Karena memang ayat -- ayat Allah yang tidak tertulis ini, dapat dilihat atau tampak mata.

Benarkah jagad raya atau semesta alam seisi nya termasuk diri manusia, merupakan ayat -- ayat Allah yang terwujud? Iya memang benar adanya, sebagaimana difirmankan dalam Al Qur'an. Surat Al Baqarah ayat 251. Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepada-nya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia ( yang dicurahkan ) atas semesta alam. Dan surat Al Baqarah ayat 252. Itu adalah ayat - ayat dari Allah, Kami bacakan kepadamu dengan hak ( benar ) dan sesungguhnya kamu benar - benar salah seorang di antara nabi - nabi yang diutus.

Mengapa sudah ada ayat -- ayat Allah yang tertulis, Allah masih memberikan ayat -- ayat-Nya yang tidak tertulis? Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa ayat -- ayat yang tertulis ini bersifat gaib. Jadi agar kebenarannya lebih diyakini oleh pemeluk Islam, maka diberikan ayat -- ayat terwujud yang bersifat nyata, artinya dapat dilihat secara langsung dengan mata kepala sendiri, sehingga tidak mudah mengingkarinya. Masih ingat contoh pengingkaran? Nyata -- nyata lampu rambu lalu lintas berwarna merah, pengendara tetap menerobosnya tanpa merasa bersalah. Apalagi kalau rambu -- rambu tadi, bersifat gaib atau tidak tampak mata. Bisa dibayangkan bukan?

Kalau ingin membuktikan kebenaran penjelasan tadi, mari kita mengaji bersama 2 jenis ayat -- ayat Allah tersebut. Dengan syarat: Dalam mengaji ayat -- ayat Allah, hendaklah kita tinggalkan nafsu, karena nafsu dapat membawa ke arah kejahatan dan kesesatan, sebagaimana petunjuk-Nya dalam Al Qur'an. Surat Yusuf  ayat 53. Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. Surat Shaad ayat 26. Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah ( penguasa ) di muka bumi, maka berilah keputusan ( perkara ) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang - orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun