Betapa nista dan sengsaranya kita sebagai penganut agama apapun agamanya, bila hanya mempertentangkan agama dari sisi lahiriyah atau sareat saja, dan melupakan hakekat kita beragama demi terjaga dan terpeliharanya kesucian diri, kesucian jiwa dan kesucian hati kita, disatu sisi. Disisi lain, betapa gembira, bangga dan bahagianya iblis, setan dan sebangsanya, karena tipu dayanya berhasil menjerumuskan manusia ke lembah sesat dan ke lembah kesengsaraan.
Surat Al Hijr ayat 39. Â Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.
Kita sebagai penganut agama apapun agamanya, hendaklah tidak terjebak oleh tipu daya iblis, setan dan sebangsanya, dengan selalu mempertentangkan apa yang tampak dari luar saja, yang nota bene adalah hanya sekedar pakaian atau sandangan atau sampul belaka. Tetapi bila agama ditilik dari sisi batiniyah atau tarekat akan sama, yaitu firman berupa perintah dan petunjuk Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang wajibnya dikaji dan dihayati makna batiniyahnya, agar dapat dilaksanakan dengan baik oleh umat penganutnya. Dan bukan hanya sebatas dibaca, dihafalkan dan dilagukan belaka. Atas penghayatan dan pelaksanaan makna batiniyahnya, insya-Allah akan terbangun diri, jiwa dan hati yang suci dan inilah sisi kejiwaan atau hakekatnya.
Nyata sama bukan makna agama, bila ditilik dari sisi kejiwaan atau hakekat? Agama apapun agamanya adalah wahana dan sarana, untuk membangun manusia menjadi insan yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur, memiliki diri, jiwa dan hati yang suci.
Surat Al Anbiyaa ayat 92. Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.
Kita sering mendengar ajakan atau himbauan, mari kita tingkatkan iman dan takwa kita, mari kita tingkatkan iman dan takwa kita, mari kita tingkatkan iman dan takwa kita. Dengan cara mengajak atau menghimbau seperti itu, sudah barang tentu iman dan takwa seseorang, tidak akan meningkat dengan sendirinya atau secara otomatis. Tetapi harus digapai dengan tindakan, sebagaimana kata-kata bijak leluhur tanah Jawa ilmu iku tinemune kanti laku, arti harfiahnya ilmu itu didapat melalui tindakan atau perbuatan nyata.
Untuk mengawali mengajinya, mari kita kaji melalui roso pangroso. Surat Al Baqarah ayat 177. Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang - orang miskin, musafir ( yang memerlukan pertolongan ) dan orang-orang yang meminta-minta; dan ( memerdekakan ) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang - orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang - orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Dari ayat tersebut,  diketahui bahwa kebajikan itu dapat dipilah menjadi 2 sisi, pertama sisi iman dan kedua sisi amal saleh atau sisi perbuatan baik. Sisi iman meliputi, beriman kepada: Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi. Sedangkan sisi amal saleh atau sisi perbuatan baik, diantaranya memberikan harta yang dicintainya  kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
Bila kita dapat mengamalkannya atau melaksanakannya dengan benar dan tepat kedua sisi kebajikan tersebut, mudah -- mudahan kita diwisuda menjadi orang yang bertakwa (kalimat akhir dari surat Al Baqarah ayat 177 ........................................;Â dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa). Jadi hendaklah dipahami manakala kita menyebut orang bertakwa, terkandung makna didalamnya orang tersebut adalah orang yang beriman dan beramal saleh atau berbuat baik.
Kalau benar kita ingin menggapai derajat takwa, mari kita kaji melalui roso pangroso secara berjenjang makna agama yang kita yakini, apapun agamanya. Oleh leluhur tanah Jawa, agama dikiaskan dengan ageman atau pakaian atau sandangan. Oleh karena itu bila ditilik dari sisi lahiriyah atau sareat tentu tampak berbeda, baik warna dan coraknya. Kita sebagai penganut agama, apapun agamanya hendaklah tidak terjebak oleh tipu daya iblis, dengan selalu mempermasalahkan apa yang tampak dari luar saja, yang nota bene hanya sekedar pakaian atau sampul belaka. Tetapi bila agama ditilik dari sisi batiniyah atau tarekat akan sama, yaitu firman Allah berupa perintah dan petunjuk Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa; Yang wajib dikaji dan dihayati makna batiniyahnya, agar dapat dilaksanakan oleh umat penganutnya. Dan bukan hanya sebatas dibaca, dihafalkan dan dilagukan belaka ( ini baru tingkatan lahiriyah atau sareat ).
Atas penghayatan dan pelaksanaan makna batiniyahnya, mudah-mudahan terbangun diri, jiwa dan hati yang suci dan inilah sisi kejiwaan atau hakekatnya. Jadi bila ditilik dari sisi kejiwaan atau hakekat, agama apapun agamanya adalah wahana dan sarana untuk membangun manusia menjadi insan yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.