Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Harus Melanggar Prinsip

12 September 2017   11:06 Diperbarui: 12 September 2017   11:20 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sabar dalam peperangan pada dasarnya adalah penggalan surat Al Baqarah Ayat 177, yang sewajibnya diaktualisasikan oleh penganutnya dalam bentuk perbuatan nyata sebagai upaya dalam menggapai derajat takwa. Mengapa demikian? Untuk memahami makna yang terkandung didalam judul dimaksud, izinkan aku menceritakan kisah nyata seorang kakek. Si kakek berusia 69 tahun, lahir di Metro Lampung, dan pernah menimba ilmu di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta angkatan tahun 1969. Dimasa aktifnya, si kakek mengawali tugas dinasnya di Balai Penelitian Kimia Semarang Jawa Tengah, kemudian pindah ke Kantor Wilayah Departemen Perindustrian Lampung.

Mengawali kisah nyata si kakek, mari kita lihat ulang kisah Nabi Muhammad SAW. dalam menyebarkan agama Islam. Dikisahkan ketika Nabi Muhammad, SAW. menyebarkan agama Islam, tidak sedikit tantangan yang beliau hadapi. Bahkan peperangan antar beliau dan pengikutnya dengan kaum penentangnya, tidak dapat dihindarkan lagi. 

Mengapa hal ini  terjadi?  Karena memang, dimasyarakat sudah lama berkembang perbuatan -- perbuatan yang menurut anggapan mereka sudah benar, sesuai dengan aturan yang mereka buat sendiri. Oleh karena itu, ketika datang perintah dan petunjuk Allah ( Al Qur'an ) yang membawa kebenaran hakiki, dengan tujuan memperbaiki akhlak masyarakat yang sudah rusak dikala itu; Dan menuntun manusia menuju cahaya terang benderang, dianggapnya suatu penghalang bagi mereka, dalam melakukan perbuatan - perbuatan yang selama itu mereka lakukan. 

Karena itulah, mereka menentang Nabi dan pengikutnya habis habisan. Bahkan dengan mengangkat senjata, sehingga dalam penyebaran agama Islam dikala itu, diwarnai dengan peperangan. Diantaranya  perang Badar, perang Uhud dan lain-lain. Tetapi Nabi menyebutnya, semua peperangan pisik tersebut hanyalah merupakan peperangan kecil. Sedangkan  peperangan yang  sesungguhnya, dan amat berat adalah memerangi hawa nafsu yang ada dalam diri kita sendiri. 

Lalu bagaimana cara memerangi hawa nafsu? Berikut kisah nyata si kakek Bismillahir-rahmanirrohim bahasa Arabnya, bahasa Indonesianya berarti dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kata pembuka bismillahirrahmanirrohim mestinya tidak berhenti hanya sampai diucapan saja, ini baru kajian ditingkat sareat; tetapi hendaklah ditingkatkan ketingkat kajian hakekat. Artinya sifat pengasih dan penyayang itu diwujud nyatakan ke dalam setiap tingkah laku, perbuatan dan tutur kata sehari-hari. Demi mengendalikan hawa nafsu yang berkiprah atas kendali iblis, setan dan sebangsanya, sehingga tidak terpancing dengan nafsu amarah.

Sejak di Sekolah Rakyat (SR) sekarang SD, si kakek gemar berolahraga. Namun selama di Sekolah Rakyat, cabang olah raga baru sebatas cabang bola kasti saja yang dipertandingkan. Dan si kakek tidak pernah absen dalam setiap pertandingan antar sekolah, yang diadakan. Kegiatan diluar sekolah si kakek, tentunya bukan hanya olah raga. Sebagai kegiatan di rumah, tanpa harus dikomando orang tuanya, beliau membersihkan kebun sekalian berkebun diantaranya menanam tanaman buah -- buahan, salah satunya pisang asem orang menyebutnya. Tetangganya heran melihat buah pisang asem yang ditanam si kakek, karena buahnya dapat lebih besar dari pisang sejenis yang ditanam orang lain.

Kecuali membersihkan kebun dan berkebun dihalaman belakang rumah, si kakekpun membersihkan halaman depan rumah. Hanya bedanya, halaman depan rumah ditanami dengan aneka macam tanaman bunga. Banyak jenis dan warna bunga yang ditanam dihalaman depan rumah. Diantaranya bunga : airbras dengan berbagai warna bunganya, sedap malam, dahlia dengan berbagai macam warna bunganya, mawar dengan berbagai macam warna bunganya dan lain -- lain. Kesemua kegiatan tadi, dikerjakan tanpa disuruh siapapun. Karena si kakek memang bermaksud, agar bapaknya tidak sampai harus mengerjakan pekerjaan yang dilakukan si kakek, dan agar dapat beristirahat cukup setelah seharian jualan di pasar. Belum lagi tanaman bunga pot. Bunga pot yang banyak ditanam antara lain: kuping gajah, sufelir / anyelir, drajat dan lain -- lain. Setiap tanaman yang ditanam, tumbuh subur dan berbuah bila jenis tanamannya tanaman buah. Sedangkan tanaman bunga, sudah barang tentu akan memberikan bunga nan indah, semerbak harum baunya. Melihat hasil setiap tanaman yang ditanam si kakek tadi, orang lalu mengatakan kalau si kakek waris ( hoki ) dibidang bercocok tanam.

Suatu malam si kakek ke rumah buliknya ( adik dari Ibu si kakek ), mau bermain dengan putra -- putra buliknya. Oleh sepupunya, si kakek diajak bermain ke rumah temannya yang bersebelahan rumah. Ternyata disana banyak orang berkumpul, tidak hanya anak -- anak sebayanya, tetapi juga remaja maupun orang dewasa. Suasananya ramai, mereka berkumpul membentuk lingkaran menghadapi permainan yang tampak seru. Setelah mendekat baru si kakek tahu, kalau mereka sedang bermain kartu bahkan menggunakan uang sebagai penyemangat permainan. Main kartu jenis apa tidak tahu, karena si kakek memang tidak pernah tertarik untuk bermain kartu seperti itu, apalagi menggunakan uang. Pemain yang berjumlah 4 orang, masing -- masing diberi 3 lembar kartu. Aturan permainannya adalah, siapa pemain yang memiliki jumlah nilai kartu terbanyak, maka dialah yang akan keluar sebagai pemenang dan berhak atas uang yang dipertaruhkan dalam permainan tersebut.

Ibu si kakek tergolong orang yang pendiam, artinya tidak banyak bicara. Namun demikian, setelah mendapat informasi dari adik beliau, ibunya sambil berkelakar mengatakan kalau si kakek termasuk anak yang bodoh. Mendengar seloroh tersebut, si kakek hanya tersenyum. Mengapa? Begini kejadiannya. Setelah si kakek agak lama melihat permainan kartu tadi, eh tak tahunya putra buliknya ikut main juga dan kalah. Setelah lama melihat mereka bermain, lama kelamaan si kakek terpengaruh juga untuk ikut bermain, kebetulan si kakek mengantongi sedikit uang. Disamping itu cara bermainpun mudah, hanya menjumlahkan nilai dari 3 lembar kartu saja, pikir si kakek. Jujur saja si kakek baru ini kali bermain kartu, lebih--lebih memakai uang.

Dalam permainan, ternyata kartu si kakek selalu paling besar jumlah nilai dari ke 3 lembar kartu tersebut. Dengan demikian si kakeklah yang menang, dan berhak mengambil uang yang dipertaruhkan. Sampai akhirnya permainan kartu bubar, karena uang orang-orang habis terkumpul disaku si kakek semua. Menurut pendapat anda, mau diapakan uang banyak dari hasil bermain judi tadi? Mau dibelanjakan untuk membeli makanan? Untuk membeli maianan? Untuk membeli bola? Untuk membeli pakaian? Ya sah -- sah saja bukan, untuk membeli barang yang disukai? Karena uang tersebut, memang sudah menjadi milik si kakek. Lalu oleh si kakek dibelanjakan untuk apa, uang yang diperoleh dari hasil judinya itu? Mari kita ikuti kisah si kakek selanjutnya.

Setelah permainan bubar si kakek bertanya kepada adiknya, uangmu tinggal berapa? Dijawab habis mas. Ya sudah, ini saya kembalikan uangmu. Berikutnya orang-orang yang tadi bermain kartu ditanya satu persatu oleh si kakek, uangnya tadi berapa. Dari jawaban yang diterima, lalu uangnya oleh si kakek dikembalikan dengan ikhlas. Hingga akhirnya uang disaku si kakek, tinggal uang yang memang dibawa dari rumah. Betapa senang dan bahagianya hati orang -- orang yang bermain kartu tadi, karena uangnya dikembalikan. Karena malam semakin larut, si kakek dan orang-orang lalu meninggalkan rumah tempat bermain kartu tadi.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun