Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sabar dalam Peperangan

28 Agustus 2017   19:13 Diperbarui: 28 Agustus 2017   19:23 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah semua kebelakang, si kakek membuka pintu sambil ngomong: mas, tolong yang ada dikolong tempat tidur keluar saja. Ada apa kok gelap -- gelap disitu, mari keluar saja mas tidak usah takut, tidak akan diapa -- apakan. Selang beberapa saat, orang yang di kolong tempat tidur keluar. Kemudian  didekati lalu dirangkul si kakek, bajunya basah kuyup. Mungkin keluar keringat dingin, mendengar dibawakan linggis, golok dan pentungan tadi. Sambil merangkul si kakek bertanya, mengapa dan apa alasannya kok masuk lewat jalan yang tidak semestinya. Saya lapar pak sudah 4 hari tidak makan, saya lari dari tempat kakak saya, jawabnya. 

Saya masuk mau mencari nasi untuk makan, sambungnya lagi. Kalau hanya mau makan, tentunya akan lebih baik kalau lewat pintu depan. Assalamu'alaikum, pak, bu, maaf karena saya belum makan, mohon berkenan memberi saya makan, tentunya akan lebih baik begitu. Sambil berjalan ke ruang tamu si kakek bertanya, jadi kamu lapar sekarang? dijawab iya pak. Mang, tolong dibuatkan ketoprak, pinta si kakek kepada mamang penjual ketoprak. Si  mamang lari mau membuatkan ketoprak.

Sekarang kamu mandi dulu mas biar segar, setelah itu nanti kita bincang -- bincang disini.  Iya pak, jawabnya sambil berjalan menuju ke kamar mandi. Sekarang sudah segar, ayo ketopraknya dimakan dulu dan tehnya diminum. Ketoprak dimakan dengan lahapnya. Setelah 1 piring habis, si kakek bertanya lagi, masih lapar? Masih pak, jawabnya. Mas tolong dimintakan lagi. Mas Y inisial nama karyawan menyahut sambil berjalan, biar saya saja pak yang memesankan. 

Cerita si anak, dia berasal dari Bengkulu, kelas 2 SMP tetapi sudah tidak melanjutkan sekolah lagi dan disini ikut bersama kakaknya. Menurut pengakuan, dia dipersalahkan kakaknya, karena membuat anak sang kakak menangis. Padahal menangis bukan karena saya, katanya lagi. Karena dimarahi terus oleh kakak, saya lari dan bermalam di masjid itu.

Melihat dirumah si kakek ramai, orang -- orang dari masjid ba'da sembayang isya ada yang mampir. Dan berkomentar, serahkan saja ke kelurahan pak, biar diajar dia. Kalau masuk di rumah saya, sudah saya potong kupingnya, kata seseorang lainnya. Bagaimana anda para pembaca? Apa yang akan anda lakukan bila mendapat tamu tidak diundang seperti ini? Dan bagaimana si kakek menanganinya? Akankah mengikuti saran orang -- orang tadi? Mari kita ikuti kelanjutan kisah nyata tersebut. Si kakek berkata, sudahlah pak biar cukup sampai disini saja. Kasihan dia, kita tunggu saja kakaknya biar dibawa pulang. 

Tahu -- tahu dari luar ada anak yang berteriak, e .. e .. e .. itu iyan, itu iyan, spontan mas Y keluar. Mendekati anak yang menyebut iyan tadi dan bertanya, kamu kenal saudaranya? ayo tolong saya diantarkan ke rumah saudaranya. Selang beberapa saat, 2 orang saudaranya datang.  Setelah saling menyapa, si kakek bertanya apa benar ini adiknya? Iya benar pak, dia adik kami. Sebenarnya kami sudah merencanakan akan menangkap adik kami malam ini, karena lari dari rumah. Si kakek ganti bertanya kepada si adik, benar ini kakak - kakakmu? Benar pak.

Baiklah mas kalau begitu, karena memang ini adalah adik kalian, silahkan diajak pulang. Hanya pesan saya, dia tadi sudah bercerita banyak dengan saya, dan tolong jangan dikasari ya mas? Kata si kakek. Akhirnya sang adik dibawa pulang kakaknya, setelah mengucapkan banyak terima kasih kepada si kakek dan semua yang hadir. Sore hari berikutnya sepulang kantor, istri si kakek memberi tahu. Kakaknya yang paling tua bersama istrinya dari Telukbetung tadi pagi datang kerumah pa, mengucapkan banyak terima kasih kepada kita. 

Dengan nada gemetaran beliau berkata, saya tidak dapat membayangkan bu, akan menjadi apa adik saya kalau kejadian semalam, tidak terjadi dirumah ibu - bapak sini, kata istri si kakek menirukan. Tamu yang tidak diundang ini sesungguhnya niatnya baik, mau minta makan karena perutnya terasa lapar, hanya sayangnya dilakukan melalui jalan yang tidak baik. Alhamdulillah ma, kita dapat membantunya. Dengan kejadian semalam, mudah -- mudahan hubungan persaudaraan mereka menjadi bertambah baik dan erat kembali, kata si kakek kepada istrinya. 

Bismillahirrahmanirrohim, dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan mengedepankan sifat pengasih dan penyayangnya, si kakek dapat mengendalikan hawa nafsunya, sehingga tidak terpancing dengan nafsu amarahnya meski kepada orang yang memasuki rumahnya tanpa diundang. Atau dengan kata lain si kakek unggul dalam peperangan melawan hawa nafsu, sehingga tamu yang tidak diundang tidak teraniaya, justru dilayaninya  dengan ikhlas dan sabar;Serta mendo'akan agar hubungan persaudaraan diantara mereka menjadi bertambah baik dan erat kembali. 

Mudah -- mudahan Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, memasukkan si kakek sekeluarga kedalam golongan orang -- orang yang sabar dan ikhlas dalam menghadapi peperangan. Insya-Allah, Amiin. Karena itu biasakanlah berlaku sabar dan iklas, dalam menghadapi segala sesuatu melalui pengendalian hawa nafsumu hai anak-cucu, karena kita tidak tahu hikmah Allah apa yang ada dibalik semua itu. Selanjutnya, tahukah para pembaca, siapa kakek yang menceritakan kisah nyata tersebut? Kakek tersebut, tidak lain adalah aku yang menulis kisah nyata ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun