Abdus Salam
Penulis adalah penikmat kopi
 Kita harus membuat sejarah, karena manusia dilahirkan bukan oleh sejarah. Begitulah kira yang disampaikan oleh filsuf perancis  yang mengembangkan aliran filsafat eksistensialisme Jean Paul Sartre.  Tepatnya tanggal 28 Maret 2017 para kuli yang seringkali menisbahkan dirinya sebagai pemberdaya hiruk pikuk untukmengikuti Uji Kompetensi ( ukom)  Ada sekotar 1.400 orang di Jawa Timur yang sudah menggantugkan hidupnya di program P2KP-PNPM Mandiri Perkotaan -KOTAKU. Ada yang bekerja mulai 1999- 31 Maret 2017, ada yang baru bergabung dengan program. Dan yang  menentukan bukan berapa lama malang melintang dalam dunia fasilitasi program. Tapi Uji Kompetensi menjadi jalan tunggal apakah masih menjadi bagian dari prgram produk reformasi ini atau tidak.Â
Tiga hari bagi kompetitor Asisten Kota maupun Kordinator Kota di camp di Hotel Ibis Surabaya, sementara fasilitator dan senior fasilitator dikluster sesuai dengan kondisisi geografis yang berdekatan, ada di Surabaya, ada di Ponorogo, ada juga di Kediri ada di Probolinggo. Semua adalah semata-mata untuk ikut Uji Kompetensi, semua sibuk mempersiapkan portopolio. Beberapa foto kegiatan, seabrek berkas  dan surat keterangan banyak menyita waktu dan tubuh untuk beristirahat. Ada harapan, ada antusiasme, tetapi rasa cemas menyanderanya dimana selama ini dengan bangga dan membusungkan dada sebagai pemberdaya.Â
Tapi seolah tiada berdaya dalam sekejab.  Malam rabu para pemberdaya ini sibuk sendiri-sendiri, sungguh sibuk membongkar berkas portopolio, revisi, kurang poto dan lain sebagainya. Sibuk luar biasa, orang yang biasa santai tidak bisa santai, orang yang biasa kangen kangenan jika ketmu langsung ngajak ngopi, malam itu tidak ada ruang dan waktu untuk bersantai ria. Kalau kata Korkot Saiun Ngalim, Subhanallah nyambut gawe. Sementara meminjam bahasanya mas  Agung Askot Keamanan yang baru diantik pada 1 April 2017 oleh Ibu satker Indri "jangkrik" sibuk pool
 Padahal malam itu bukan malam pembalasan ( arab: yaumul hisab) saat semua manusia dikumpulkan di padang Mahsyar untuk dimintai pertanggungjawaban semua amalnya selama di dunia. Quran mengabadikannya "Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya". (QS.Gafir 40]:17)  dan ditegaskan lagi dalam ayat yang lain,Jika waktu itu tiba, maka manusia akan merasakan kebenaran apa yang telah diinformasikan oleh Alquran: "Di tempat itu (Padang Mahsyar), tiap-tiap diri merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya dahulu dan mereka dikembalikan kepada Allah Pelindung mereka yang sebenarnyadan lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan" (QS Yunus [10]:30). hemmmmm.. belum hari kiyamat malam rabu sudah pada sibuk, padahal hanya dipanggil TA, TL OSP 6, bayangkan jika yang manggil Tuhan.
Malam sabtu, atau jumat malam tanggal 31 Maret atau tanggal 1 April 2017  rupanya para pejuang Uji Kompetensi melihat hasilnya. Sontak, ada yang gembira, haru, sedih, ucapan selamat di Whastapp masuk di WA ku. Tetapi lebih banyak yang WA bahwa proses ini tidak Fair. Saya ditelpon oleh beberapa teman yang lolos dan tidak lolos untuk menyikapi pengumuman ini. Saya dimintai pendapat terkait dengan proses dan mekanisme yang dinilai kurang adil. Kemudian saya memberi saran, satu-satunya media komplain adalah Peradilan Tata Usaha  Negara (PTUN) yang bertugas memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa, saya langsung telpon teman lama yang menjadi advokat dan berkantor sehari-hari di Lembaga Bantuan Hukum Surabaya.Â
(LBH) tentang masalah Uji Kompetensi. Meskipun batinku bilang.. opo yoo arek2 iki sanggup. Saya sudah bisa mengukur konsistensi dan semangat juang para pejuang itu. Wong diundang KBIK Forum FKK-CDM saja jarang datang, kok mau berperkara di PTUN dengan ongkos sosial dan dana yang tentu unlimated. Pelan tapi pasti, semangat dan denyut perjuangan semakin kabur. Akhirnya sirna bersama kopi pahit Wakoka Ponorogo.
Pengumuman sudah disampaikan. Tinggal dimana ditempatkan, siapa korkotnya, bagi yang pernah satu tim dengan korkot pekerja keras tentu pingin yang lebih santai. Bagi yang biasa bekerja keras, disiplin tentu memilih para korkot yang disiplin. Tapi ada tidak ya yang disiplin serius tipe Korkot yang begitu. Ahh pasti adalah..kemudian wilayah mana saja yang masing-masing wilayah Korkot.
Tiba waktu pengumuman lokasi dan personel Korkot. Mula dari Kluster Jombang, Tulung Agung, Malang, Surabaya, Sidoarjo Probolinggo dan Jember. Madiun yang jauh dari desas desus menjadi Korkot faktanya menjadi korkot. Waktu itu saya masih di Rumah Kepala Dinas Perkim Trenggalek, saya cari --cari namaku dimana, ternyata di Nganjuk. Harapanku di Kota Kediri, Korkot  Saiun Ngalim. Tentu Korkot paling sabar ini saya sudah mengenalnya pada tahun 2009 dulu. Mas malik Arifin pasti tahu orang yang dikenal lemah lembut dan santun kata orang-orang/LKM Desa Drenges Kertosono dibandingkan saya..hahahaha.Â
Hanifah tahu wajahnya, karena pernah lihat di Korkot penuh sejarah di Tulungagung. Bingah tahunya hanya di FB wajahnya yang tirus kayak orang sakau..Ampun. Agung, saya tidak pernah tahu, meskipun sebelumnya ketemu di Rumah sakit Lavallete Malamg saat menjenguk Pak Ainul dirawat (allahummaghfirlahu) Chandra apalagi tidak bernah tahu, ketemu apalagi bersentuhan. Artidewi/Tiyas sangat asing dimana akhir-akhir ini dipanggi ibu Risma, saya tidak tahu apakah karena postur tubuh dan wajahnya atau judesnya sehingga Askot Infra ini dipanggil bu Rima.Â
Mas Zidni pernah dengar dari cerita teman-teman Madiun dan satu kelas di Ijen pas Peldas KOTAKU Agustus tahun lalu. Ellyn kenal pada 2015 saat pelatihan di Pujon, saat itu ada dikelas sebelah tetapi kalo ada tugas kelompok Ellyn ini sering berdua dengan Soni Askot UP dengan kertas Plano waktu itu bertugas di kabupaten Jombang
Beranika ragam warna dan latar belakang sosial dan kultur bahkan pengetahuan turut membentuk pola dan cara pandang sesorang, itulah yang disampaikan oleh Karl Mannheim dalam buku Ideologi Utopia. Euforia adalah kalimat yang berangkali mewakili dari semua itu, bertemu teman lama dan baru seolah menjadi lukisan sang Tuhan di lauful mahfudz. Garis takdir manusia sudah tercatat disana
Tentu untuk memulai lembaran baru dari lukisan Takdir itu adalah perkenalan atau serah terima dengan para pelaku program sebelumnya. Keakraban begitu terasa, apalagi hobi para tim korkot /askot kecuali Mas Malik CDM Ponorogo dan Pak Saiun Ngalim yang bertugas mendoakan kami-kami yang suka dalam istilah saya tadarus sosial (karaoke) untuk tidak tersesat teralu jauh.
Turba ke Nganjuk, Ponorogo, Pacitan menjadi pernik tersendiri bagi kami, apalagi saya yang sebelumnya tidak pernah ke Pacitan, dengan adanya komposisi baru ini saya bisa berkunjung ke Pacitan, meminjam bahasa mas Agung, kita ini kerjaannya Dolan (jalan) Mangan ( makan) dan nunggu gajian,.tapi keakraban itu tiba-tiba berumur satu bulan karena adanya surat dari Team Leader (TL) mengenai komposisi dampingan baru..Bersambung []
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI