Mohon tunggu...
Bang Nasr
Bang Nasr Mohon Tunggu... Dosen - Nasruddin Latief

Bangnasr. Masih belajar pada kehidupan, dan memungut hikmah yang berserakan. Mantan TKI. Ikut kompasiana ingin 'silaturahim' dengan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Siapa Sebenarnya yang Memerintah Syria? Ternyata Presiden Assad Cuma Boneka

20 November 2012   23:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:58 4926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila kita ditanya, siapakah Penguasa Syria saat ini? Tentunya kita sepakat akan menjawab adalah Presiden Bashar Al-Assad. Karena semua orang tahu bahwa dialah Presiden Syria saat ini yang sedang dilanda Arab Spring untuk digulingkan. Berbagai skenariopun ditawarkan sebagai formula. Diantara formula yang paling dapat diterima adalah model ‘Yaman’ sebagaimana yang terjadi terhadap mantan Presiden Ali Abdullah Saleh yang lengser namun tidak diusik kehidupannya. Tidak seperti negara Arab Spring lainnya seperti Tunisia, Mesir dan Libya yang melengserkan dan menghukum bahkan membunuh mantan pemimpinnya.

Ternyata ‘orang kuat’ yang berada di belakang Presiden Assad dan selama ini yang menjadi ‘the real’ penguasa adalah paman Assad dari pihak ibunya yaitu Muhamad Makhluf. Inilah sosok ‘penguasa sebenarnya’ di Syria. Makhluf konon dikabarkan akan mereview semua kebijakan Assad sebelum naik tidur menemui istrinya. Apabila ada diantara kebijakannya tadi siang yang tidak disetujui oleh Makhluf, maka dia harus rela membatalkannya saking kuatnya kekuasaan Sang Paman ini.

Sebagai gambaran betapa kekuatan Makhluf antara lain adalah dia yang berhasil menyingkirkan orang kuat Syria semasa mendiang Presiden Hafez, Abdul Halim Khaddam, mantan Wakil Presiden Syria di masa ayah Bashar Al-Assad. Khaddam sejak awal sudah digadang-gadang sebagai calon penerus Hafez. Ketika terjadi pergantian pemimpin, justru yang dimunculkan adalah putranya Bashar yang memang sebelumnya tidak dikenal publik. Disinilah peran Makhluf yang memainkan kartu truf, yang boleh jadi tentu sangat menentukan jalan bagi Basher menjadi penguasa di Syria. Boleh jadi dengan begitu, Bashar bagaikan kerbau yang dicocok hidungnya sehingga tidak dapat banyak berbuat kecuali atas restu Sang Paman. Dan Khaddampun marah sehingga dia memilih meminta suaka politik di Perancis dan saat ini sebagai pelarian politik disana.

Makhluf (80 tahun) namun kondisi kesehatannya masih baik, juga menguasai berbagai sektor ekonomi negara lewat penguasaan terhadap sektor telekomunikasi, migas, perbankan dan pasar bebas. Lewat putranya, Rami Makhluf keluarga ini dan keluarga Assad juga menguasai transportasi dan properti. Wakil dari keluarga Assad adalah adik Presiden Assad yaitu Maher Assad. Konon, pemerintahan Syria dibawah dinasti Assad dan besannya ini bagaikan sebuah perusahaan besar dimana negara hampir seluruhnya dikuasai oleh keluarga besar tersebut.

Bagaimana keluarga Makhluf bisa membuat semuanya itu? Karena konon asal usul mendiang Presiden Hafez Assad dari keluarga miskin dan sederhana. Berkat pernikahan dengan keluarga Makhluf ini yang membuat – akhirnya – keluarga ini menguasai kepemimpinan di Syria. Sebagai balas jasa, akhirnya seperti apa yang terjadi sebagaimana diungkapkan oleh surat kabar Al-Arab (19 Nopember 2012) bahwa yang berkuasa penuh atas kebijakan negara adalah Sang Paman yang merupakan saudara ipar dari mendiang Presiden Hafez dan notebene adalah Paman Sang Presiden sekarang Bashar. Begitulah, bila negara diperintah oleh ‘keluarga’. Hampir di semua negara Arab di Timur Tengah dimiliki oleh keluarga seperti Arab Saudi yang jelas-jelas menamakan negaranya ‘Alu Saud’ (keluarga Saud), dan negara-negara lainnya yang berbentuk kerajaan di komunitas GCC (Gulf Countries Cooperation), maupun negara lainnya yang walaupun bersistem republik namun tidak beda dengan system ‘keluarga’ dimana anak-keponakan Sang Presiden yang menguasai berbagai sektor publik, khususnya ekonomi dan bisnis. Baru setelah ‘Arab Spring’ terjadi perubahan angin segar dimana negara menjadi milik rakyat. Itupun masih dalam taraf ‘bagaikan orang baru bangun tidur’ (maksudnya masih sempoyongan), masih banyak aspek yang harus dibenahi sehingga menjadi negara milik rakyat yang demokratis.

Salam damai,

Sumber: Al-Arab, 19 Nopember 2012.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun