Selama ini, pendidikan selalu identik dengan sekolah: bangku kelas, seragam, ujian, dan kurikulum nasional. Tapi semakin ke sini, makin banyak orang mulai bertanya, apakah model pendidikan formal masih cukup untuk menjawab tantangan zaman?
Di tengah perubahan dunia yang begitu cepat dari revolusi digital, disrupsi industri, sampai pergeseran nilai sosial, pendidikan formal seringkali tertinggal langkah. Lalu muncul alternatif: pendidikan nonformal. Kursus, pelatihan, komunitas belajar, bahkan channel YouTube edukatif kini jadi rujukan baru dalam mencari ilmu. Pertanyaannya: bisa nggak ya pendidikan nonformal jadi harapan baru pendidikan?
Pendidikan Nonformal: Apa dan Siapa?
Pendidikan nonformal adalah jenis pendidikan di luar sistem sekolah formal yang bersifat fleksibel, adaptif, dan seringkali lebih kontekstual. Contohnya kursus bahasa, pelatihan keterampilan kerja, pesantren, lembaga kursus komputer, hingga bootcamp digital.
Yang menarik, peserta pendidikan nonformal datang dari berbagai kalangan: dari ibu rumah tangga, pekerja kantoran, lulusan SMA, sampai anak-anak yang drop out dari sekolah. Mereka mencari sesuatu yang langsung berguna, keterampilan yang bisa dipakai untuk bekerja, berbisnis, atau mengembangkan diri.
Kenapa Pendidikan Nonformal Makin Dilirik?
1. Lebih Fleksibel dan Kontekstual
Pendidikan nonformal tidak terikat pada kurikulum nasional yang kaku. Ia bisa menyesuaikan dengan kebutuhan zaman, bahkan kebutuhan lokal. Misalnya, pelatihan keterampilan membuat kerajinan tangan khas daerah, atau pelatihan digital marketing untuk UMKM.
2. Responsif terhadap Dunia Kerja
Dunia kerja berubah cepat. Banyak profesi baru muncul (content creator, UI/UX designer, digital marketer), tapi belum semua diajarkan di sekolah atau kampus. Pendidikan nonformal sering jadi yang pertama merespons kebutuhan ini.