Pernah nggak sih kamu ngerasa hidupmu biasa saja, nggak terlalu berarti, sampai bertanya-tanya sebenarnya untuk apa kita ada? Buku Three Days of Happiness karya Sugaru Miaki menawarkan jawaban pahit sekaligus manis untuk pertanyaan itu.
Sejak awal membaca kisah Kusunoki, aku merasa ada sesuatu yang menohok. Kisah seorang pemuda yang menjual hampir seluruh masa hidupnya, hanya menyisakan tiga bulan, terdengar tragis. Namun justru dari keterbatasan waktu itulah aku banyak merenung.
Kusunoki digambarkan sebagai seseorang yang merasa hidupnya tidak berharga. Ia memilih jalan pintas: menukar sisa umurnya dengan uang. Tetapi perlahan, lewat pertemuannya dengan Miagi, ia mulai sadar bahwa hidup bukan soal berapa lama kita bernapas, melainkan bagaimana kita menjalaninya.
Salah satu bagian yang paling membekas adalah saat Kusunoki bertemu kembali dengan Himeno, teman masa kecilnya. Pertemuan itu pahit, penuh penyesalan, namun juga penting. Dari sana aku menyadari bahwa masa lalu memang tidak bisa diubah, tetapi tetap menjadi bagian dari diri kita.
Yang paling kuat dari kisah ini adalah hubungannya dengan Miagi. Awalnya Miagi hanyalah pengawas, tetapi perlahan ia berubah menjadi seseorang yang memahami Kusunoki, bahkan melengkapinya. Hingga akhirnya Kusunoki memutuskan memberikan sisa hidupnya untuk Miagi. Mereka hanya memiliki tiga hari terakhir, tetapi tiga hari itu penuh dengan kebahagiaan yang tulus.
Pesan yang aku tangkap sederhana, tetapi sangat dalam: hidup ini bukan tentang panjang atau pendeknya waktu. Bahkan jika kita hanya memiliki sedikit hari, itu bisa lebih berharga daripada seribu hari yang kosong. Selama ada keberanian, ketulusan, dan cinta, waktu singkat pun bisa terasa abadi.
Bagi diriku pribadi, cerita ini seperti refleksi diri . Kita sering lupa menghargai hal-hal kecil, lupa bahwa keberadaan kita sendiri punya nilai. Padahal, seperti Kusunoki dan Miagi, arti hidup bisa ditemukan di tempat paling sederhana --- senyum, percakapan, atau kebersamaan singkat dengan orang yang kita sayangi.
"Pada akhirnya, hidup adalah sebuah perjalanan yang tidak sempurna dan penuh kejutan. Sebagai manusia, tugas kita adalah memaknainya dengan sebaik mungkin dan menghargai setiap detiknya. Selalu ada ruang untuk merenungi apa yang sudah terjadi, dan selalu ada ruang untuk memperbaiki apa yang mungkin salah di masa lalu."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI