Di tengah hamparan alam Samahani yang sejuk dan tenang, satu suara bergema menggugah jiwa: suara seorang nakhoda ilmu dari pulau terujung barat Indonesia---Sabang. Ia adalah Dr. Tgk. Muslem Hamdani, MA, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Al-Aziziyah, yang datang bukan sekadar menyampaikan orasi, melainkan membakar semangat jihad santri sebagai anak, sebagai insan, dan sebagai penerus nilai-nilai Islam.
Agamawan muda yang akrab disapa Abiya itu di bawah langit biru Samahani yang membentang luas, sang surya pagi memancar penuh semangat, seolah ikut bersaksi atas hari bersejarah bagi para santri yang menamatkan perjalanan intelektual dan spiritual mereka di Dayah Ruhul Falah. Cahaya mentari memantul lembut di halaman dayah, di mana para santriwan dan santriwati, bersama orang tua dan guru, berkumpul dalam suasana penuh haru.
Tahun ganjil tepatnya 2025, Santriwan/Santriwati SMP--SMA Islam Ruhul Falah Angkatan VIII/V Tahun Ajaran 2024/2025 berlangsung khidmat di aula utama. Dengan tema "Satukan Hati, Wujudkan Mimpi Santri Sejati, Membanhun. Negeri," gema takbir dan lantunan doa menyambut orator utama---Dr. Tgk. Muslem Hamdani, MA, Ketua STIS Al-Aziziyah Sabang---yang hadir membawa obor semangat dari ujung barat Aceh.
Sang Surya dan Suara yang Menggugah
Ketika Abiya Muslem naik ke mimbar, matahari pun seolah memberikan alarm tensi semangat jihad, memberikan panggung yang sempurna bagi satu pidato yang tak sekadar ilmiah, tapi mengguncang jiwa. Dalam suasana batin yang hangat dan penuh getar makna, Abiya menyampaikan orasi bertema "Anak Sebagai Penolong Orang Tua."
"Anak bukan hanya amanah, tapi peluang amal jariyah yang terus mengalir bagi orang tuanya," tegas beliau di hadapan ratusan hadirin.
Para santri menyimak dengan khusyuk, beberapa orang tua tak kuasa menahan air mata. Sinar mentari menyusup dari sela jendela aula, menyinari wajah-wajah muda yang kini telah tumbuh menjadi pribadi yang siap mengemban tanggung jawab kehidupan.
Abiya Muslem berbicara bukan seperti dosen yang menjelaskan teori, tapi seperti seorang panglima ruhani yang membangkitkan kembali kesadaran santri akan makna jihad sejati: jihad membalas budi orang tua, jihad menjaga akhlak, jihad mengamalkan ilmu.
 "Kalau tidak bisa membahagiakan orang tua dengan harta, bahagiakan mereka dengan akhlak. Doamu, kesabaranmu, dan ketulusanmu adalah nafkah ruhani yang mereka butuhkan
Abiya lulusan Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga dan UNISAI Samalanga dalam acara tasyakur kelulusan santri Dayah Ruhul Falah Samahani, ratusan wajah muda menyimak pidato ilmiah dengan tema yang sederhana tapi sangat menggetarkan: "Anak Sebagai Penolong Orang Tua." Bukan tema biasa. Ini adalah ajakan jihad, bukan dengan pedang, tapi dengan ilmu, akhlak, dan doa yang tak putus untuk mereka yang telah melahirkan dan membesarkan: orang tua.