Mohon tunggu...
Hamka harahap
Hamka harahap Mohon Tunggu... Penulis di kompasiana

Hamka Harahap adalah seorang penulis kreatif yang berbakat dan berdedikasi tinggi. Ia dikenal karena kemampuannya menyusun kata-kata indah dan menyampaikan pesan yang mendalam melalui karya tulisnya. Hamka sering menulis dalam berbagai genre, mulai dari novel, cerpen, hingga esai yang mengangkat berbagai tema sosial, budaya, dan kemanusiaan. Dengan ketekunan dan inovasinya, Hamka berkomitmen untuk menyebarkan inspirasi dan pemikiran positif kepada pembaca melalui karya-karyanya. Selain menulis, ia juga aktif berbagi pengalaman dan pengetahuannya di berbagai seminar dan workshop menulis.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Seni bertanya, Mengapa jawaban bukanlah tujuan akhir dari filsafat

1 September 2025   18:29 Diperbarui: 1 September 2025   18:29 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi konseptual yang menggambarkan perjalanan filsafat dan pencarian kebijaksanaan.

Dalam hiruk-pikuk kehidupan modern yang serba cepat, kita seringkali terdorong untuk mencari jawaban instan. Internet dipenuhi dengan panduan "bagaimana cara", buku-buku self-help menjanjikan solusi cepat, dan bahkan sains terus-menerus berusaha mengungkap misteri alam semesta dengan penemuan-penemuan baru. Namun, di tengah obsesi terhadap jawaban, filsafat mengajarkan kita sebuah seni yang sering terabaikan: seni bertanya.

Sejak dahulu kala, filsuf besar seperti Socrates tidak terkenal karena kumpulan jawaban definitif yang ia berikan, melainkan karena metode interogasinya yang terkenal, yaitu dialektika Sokratik. Ia percaya bahwa kebijaksanaan sejati dimulai dengan menyadari bahwa kita tidak tahu apa-apa, dan kemudian dengan berani mempertanyakan asumsi-asumsi yang paling mendasar sekalipun. Baginya, proses bertanya, menguji, dan merenungkan jauh lebih berharga daripada mencapai kesimpulan akhir yang mungkin dangkal.

Mengapa demikian? Karena dalam filsafat, pertanyaan seringkali jauh lebih kaya dan mendalam daripada jawaban. Sebuah pertanyaan yang baik membuka pintu bagi berbagai kemungkinan, memaksa kita untuk melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, dan menantang prasangka yang telah lama kita pegang. Misalnya, pertanyaan "Apa itu keadilan?" tidak bisa dijawab dengan satu definisi tunggal. Pertanyaan ini memicu diskusi tentang kesetaraan, hak asasi manusia, sistem hukum, etika, dan bahkan sifat dasar masyarakat.

Ketika kita berfokus hanya pada jawaban, kita berisiko menutup diri dari eksplorasi lebih lanjut. Kita mungkin berhenti berpikir kritis, puas dengan penjelasan yang mudah dan nyaman. Padahal, dunia ini tidak sesederhana itu. Realitas seringkali paradoks, kompleks, dan penuh nuansa. Filsafat merangkul kompleksitas ini dengan mendorong kita untuk terus menggali, bahkan ketika jalannya tidak jelas.

Lebih jauh lagi, proses bertanya dalam filsafat adalah tentang pengembangan diri. Ketika kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan besar --- tentang makna hidup, kebebasan, kebenaran, atau eksistensi --- kita tidak hanya mencoba memahami dunia, tetapi juga mencoba memahami diri kita sendiri. Pertanyaan-pertanyaan ini memaksa kita untuk merenungkan nilai-nilai kita, motivasi kita, dan pandangan kita tentang eksistensi. Ini adalah bentuk refleksi diri yang mendalam, yang esensial untuk pertumbuhan pribadi.

Jadi, tujuan akhir dari filsafat bukanlah untuk menghadirkan buku tebal penuh dengan semua jawaban universal. Sebaliknya, tujuannya adalah untuk membekali kita dengan kemampuan untuk bertanya secara efektif, untuk berpikir secara mandiri, dan untuk terus mencari pemahaman yang lebih dalam. Ini adalah perjalanan tanpa henti yang memperkaya jiwa, mempertajam pikiran, dan memungkinkan kita untuk hidup dengan kesadaran yang lebih besar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun