Mohon tunggu...
Bang Auky
Bang Auky Mohon Tunggu... Freelancer - KBC 54|Kompasianer Brebes Jateng| Golet Jeneng Disit Mengko Jenang Teka Dewek

Pariwisata adalah locomotif ekonomi baru dimana banyak gerbong yang mengikuti dari UMKM, Transportasi, Pemandu Wisata, Hotel dan Restoran, Seniman, Souvenir dan mitra-mitra pariwisata yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu Mudrikah, Mencintai Keluarga Lewat Masakan

13 November 2022   19:50 Diperbarui: 13 November 2022   19:57 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Salah satu cara untuk menyatukan keluarga adalah lewat makanan. Karena lewat makanan kita bisa berkumpul bersama".

Hal ini sangat disadari oleh Ibu Mudrikah atau orang biasa memanggilnya" WA Mud" dan kami anak-anaknya memanggilnya dengan sebutan "Mane". Sosok ibu yang gigih, ulet , pekerja keras dan terkesan galak kepada anak-anaknya. Sifat galak yang ditujukan kepada sembilan anak-anaknya sebagai bentuk kecintaan. Keterbatasan waktu untuk mengekspresikan kasih sayang sangat terbatas untuk bekerja keras demi keluarga. 

Dunia memasak sangat akrab dengan Ibu Mudrikah karena orang tuanya memiliki rumah makan. Sehingga mengikuti jejak orang tuanya Bapak Djaed dan Ibu Sutinah membuka rumah makan. 

Banyak menu andalan yang disukai pelanggannya seperti Daging Age, Gulai, Opor Ayam dan Sambel Goreng Bali. Pelanggannya dari berbagai penjuru, bahkan menjadi langganan staf dan karyawan PG Banjaratma. 

Masakan yang dibuat Ibu Mudrikah terkenal sangat enak, bahkan menjadi rujukan orang sakit. Banyak dipercaya masakan Ibu Mudrikah bisa untuk menyembuhkan sakit seperti obat dokter. 

Rahasia lezatnya masakan Ibu Mudrikah karena bumbunya yang pilihan dan diulek secara tradisional. Kelezatan sudah terasa dari bumbu dasarnya yang terdiri dari bumbu merah dan bumbu kuning. Bahkan kami anak-anaknya sering menggunakan bumbu dasar sebagai lauk-pauk. 

Bahkan kami anak-anaknya mempunyai kenangan indah sewaktu kecil. Kami terbiasa makan dengan lauk sisa kuah yang menempel di penggorengan. Kuah daging, cumi atau kuah lainnya sengaja disisakan di penggorengan. 

Terus ambil nasi dan dicampur dengan kuah yang ada di penggorengan. Sungguh suatu kenikmatan yang luar biasa. Kami selalu merindukan saat-saat seperti itu, berkumpul bersama keluarga. Masakan ibu memang luar biasa sehingga mampu mengumpulkan kita bersama. 

(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng|) 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun