Seni Burok merupakan seni hiburan berupa miniatur hewan untuk mengarak pengantin sunat. Ada dua kesenian yang biasa dipergunakan untuk mengarak pengantin sunat yaitu Kuda Lumping dan Burok. Seni yang berkembang sekitar tahun 1950-an di beberapa kecamatan di Kabupaten Brebes seperti Tanjung, Losari, Bulakamba, Kersana, Ketanggungan, Banjarharjo dan Larangan. Dahulu kesenian ini dipertunjukkan pada saat peringatan Isra dan Miraj Nabi Muhammad SAW. Sedangkan Seni Burok sendiri merupakan gambaran kendaraan yang dipergunakan Nabi Muhammad untuk menerima wahyu perintah salat.Â
Seni Burok diawali dengan shalawat dan berzanzi sambil menunggu orang berkumpul. Selanjutnya musik pengiring seperti drogdog, rebana dan musik elektronik menambah. Lagu-lagu pengiring pun berubah menjadi lagu dangdut dan tarling. Arak-arakan dimulai dari Kuda Terbang bersayap diikuti miniatur hewan lainnya seperti Gajah, Harimau, Jerapah dan lain sebagainya.Â
Seiring perkembangan zaman seni tradisional mengalami pasang surut, begitu juga dengan Burok. Kesenian ini pernah mengalami zaman Keemasan juga masa keterpurukan. Berbagai inovasi dilakukan seperti menggabungkan Sisingaan dan organ tunggal. Tujuannya untuk menarik minat masyarakat agar menanggapnya ketika menyunati anaknya. Dengan menambahkan singgasana di miniatur hewan memberikan kesempatan anak-anak untuk menaikinya dengan membayar sejumlah uang dan berarti menambah pendapatan untuk grup Burok.Â
(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng|)Â