Mohon tunggu...
Bang Aswi
Bang Aswi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger Bandung | Kompasianer Bandung

Seorang penggila olahraga, tukang ulin, dan desainer yang menggemari dunia kepenulisan. Aktif sebagai pengurus #BloggerBDG dan konsultan marketing digital | Kontak: bangaswi@yahoo.com | T/IG: @bangaswi ... ^_^

Selanjutnya

Tutup

Money

Baci Enoh, Baso Aci yang Memang Senonoh

10 Desember 2018   01:39 Diperbarui: 10 Desember 2018   07:53 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesuatu yang akan terus dikenang
Itulah kampung halamannya

Sebelumnya sosok itu akan bercerita tentang Bali. Mengapa? Semua orang sudah mengetahui dengan pasti bagaimana keindahan Bali yang sebenarnya. Ketenaran tempatnya sudah mengalahkan negerinya sendiri. Konon, orang di Eropa atau Amerika lebih mengenal nama 'Bali' daripada 'Indonesia'. Bali dengan keindahan alamnya. Bali dengan keunikan dan keaslian budayanya. 

Bali dengan keramahan masyarakatnya. Semua hal itu menyatu dan membuat Bali begitu ingin didatangi ... berkali-kali. Namun dia tidak akan bercerita tentang pariwisata Bali yang memang sudah mendunia. Dia ingin bercerita tentang kawan yang menjelma menjadi saudara selama di Bali. Dia ingin mengajak para pembaca untuk bergerak ke daerah Bali Timur, tepatnya Desa Ban, Karangasem.

Desa Ban, sebelum 2012 adalah sebuah desa yang tidak terlalu dikenal. Hingga kemudian, Aaron Fishman datang ke Bali untuk bekerja sebagai sukarelawan medis. Bali dengan tanahnya yang subur begitu menggoda hatinya untuk memberdayakan masyarakat setempat. Tidak membuat mereka meninggalkan pekerjaan sehari-harinya sebagai petani tetapi bagaimana mendongkrak mereka pada pekerjaan tercintanya agar menghasilkan pemasukan yang lebih banyak lagi.

 Aaron kemudian menanam kacang mete pada lahan yang berhektar-hektar luasnya, sesuatu yang dianggap asing dan awalnya hanya dianggap sebagai tanaman liar. Semangat. Pemberdayaan. Berkelanjutan. Tiga kata inilah yang di kemudian hari membesarkan nama East Bali Cashews (EBC).

EBC adalah fasilitas pengolahan kacang mete modern skala besar pertama yang ada di Indonesia. Di balik kesuksesannya, ada banyak pekerja keras yang bekerja dengan sepenuh hati. Perusahaan ini telah mempekerjakan lebih dari 350 orang dan membeli kacang mete kepada lebih dari 3.000 petani. Sembilan puluh persen dari pekerjanya adalah wanita yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan untuk bekerja. 

EBC menawarkan program untuk mengajarkan pekerja bagaimana cara meningkatkan hasil pertanian mereka dan membangun pusat pengeringan kacang mete agar mampu menghasilkan kacang mete dengan kualitas yang lebih baik lagi. Seluruh varian rasa yang ditawarkan EBC berasal dari bahan-bahan segar asli dari Indonesia seperti garam kaya mineral, kunyit segar, jahe, jeruk purut, cabe dan coklat. Berjalan di sepanjang pabrik, siapapun dapat mencium aroma dari jahe parut segar di udara.

MENGENAL ACI, PENGANAN KHAS JAWA BARAT

Berkaca dari pengalaman di Desa Ban, bagaimana kacang mete yang sederhana bisa dibuat menjadi produk yang 'go international' hanya dengan membangun sebuah komunitas bisnis yang sehat, sosok itu kemudian jadi teringat dengan daerahnya sendiri di Jawa Barat. 

Siapa yang tidak mengenal dengan penganan atau jajanan di pinggir jalan atau terkenal di lingkungan SD seperti cilok, cimol, cilung, cireng, dan lain sebagainya. Kata 'ci' pada awalan kata tersebut merupakan singkatan dari kata 'aci'. Aci adalah nama khas Sunda yang bermakna sama dengan tepung kanji atau tapioka, yaitu tepung yang dibuat dari singkong. Sifat-sifatnya begitu mirip dengan tepung sagu, namun dengan bahan baku berbeda jelas penanganan dan hasilnya juga bakal berbeda.

Cilok atau aci dicolok adalah jajanan yang begitu digemari anak-anak, bahkan sampai orang dewasa. Begitu pula dengan cilung atau aci digulung, yaitu perpaduan aci dengan telur yang digoreng sambil digulung-gulung. Cireng atau aci digoreng juga demikian terkenalnya dan sapai sekarang banyak yang meminatinya. Tidak terkecuali sosok itu. Hingga kemudian, ranah dunia per-aci-an makin meluas. 

Baso yang awalnya merupakan penganan khas Cina berbentuk bola kemudian dijajah oleh bahan baku aci. Muncullah istilah baci atau baso aci, penganan berbentuk bulat yang terbuat dari aci dengan isian daging, kulit, dan lain-lain. Bergantung selera masing-masing. Baci begitu terkenal di Garut dan Tasikmalaya.

EBC sudah berhasil menjadi sebuah perusahaan besar yang awalnya adalah hanya sekadar Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UMKM). Begitu banyak UMKM di Indonesia ini, termasuk Jawa Barat. Dan memang, keberadaan UMKM memegang peranan penting sebagai penggerak roda perekonomian nasional. 

Tercatat, UMKM mampu menyumbang ke Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 60,34 persen, sekaligus menyerap tenaga kerja hingga 97 persen. Wow banget, kan! 

Nah, dengan luasnya wilayah Indonesia beserta karakteristiknya masing-masing, tentu setiap daerah berpotensi memiliki keunggulan produk UMKM-nya tersendiri. Tidak terkecuali dengan Jawa Barat yang begitu banyak UMKM yang bergelut dengan dunia per-aci-an ini.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
BACI ENOH, BASO ACI YANG SIAP DIPAKETKAN

Salah satu UMKM Aci yang begitu dekat dengan sosok itu adalah Baci Enoh. Adalah seorang kawan yang benar-benar ingin memperkenalkan Baci Enoh sebagai penganan yang sehat, uenak, tahan lama, bisa dikirim sebagai paket, sehingga tidak hanya bisa dinikmati oleh masyarakat Jawa Barat tetapi juga oleh masyarakat di luar Jabar. Kalau ngomongin paket, tentu tahu dong dengan JNE. 

JNE sebagai perusahaan jasa kurir ekspres dan logistik ternyata sudah sangat mendukung perkembangan UMKM hingga ke pelosok negeri. Saat ini, JNE telah memiliki 8 (delapan) wilayah regional yaitu Sumatera, Jakarta, Bodetabekcil (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cilegon), Jawa Barat, DIY-Jateng, JTBNN (Jawa Timur, Bali, NTT,NTB), Kalimantan, dan Sulampapua (Sulawesi, Ambon, Papua) yang terus berkomitmen menghadirkan layanan bagi penggunanya.

Beberapa bulan yang lalu, sosok itu turut hadir pada sebuah acara yang bertemakan Friendly Logistics (FL) di Spasial Bandung. FL adalah bentuk kerjasama strategis antara JNE dengan PR Prakarsa Trada Solusi (PTS) untuk menciptakan peluang dan memberikan kemudahan kepada para UMKM dalam melakukan proses jual-beli secara online. 

Harapannya tentu agar para pelaku UMKM tidak lagi kebingungan dengan 'tetek-bengek' bagaimana mengirim produknya yang memang 'njelimet' dan menyusahkan. Pelaku UMKM hanya fokus saja pada produksi agar menghasilkan produk yang berkualitas. Kerjasama inilah yang diharapkan bakal menciptakan hubungan yang harmonis sesuai dengan motto JNE itu sendiri, yaitu Connecting Happiness. 

Para pelaku industri kreatif jangan lagi disibukan dengan proses warehousing serta packaging sehingga berpotensi menurunkan konsentrasi terhadap pengembangan design dan penjualan, biarkan saja pihak PTS yang menjadi jasa pengelolaan supply chain yang menyediakan pengaturan terkait pengadaan, penyimpanan, dan pengiriman barang baku maupun barang jadi.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Nah, Baci Enoh yang bentuknya memang begitu senonoh karena acinya begitu mulus dan sehat, layak untuk dipromokan. Sosok itu sudah merasakan sendiri bagaimana enaknya dan juga berani menjadi ujung tombak untuk menjual produknya secara online. Harga per bungkusnya murah, yaitu hanya Rp12.500 (di luar ongkos kirim). Awetnya tahan lama. 

Pembeli bisa memakannya dengan kuah yang masih panas karena harus dimasak sendiri. Cara masaknya mudah karena bumbu-bumbunya yang begitu organik sudah disiapkan. Sama seperti memasak mie instan. Didihkan air panas, lalu masukkan baci hingga benar-benar matang. Masukkan baci ke dalam mangkok, campurkan dengan bumbu-bumbunya, dan Baci Enoh sudah siap disantap. Slurp. Nyam-nyam! Dengan adanya JNE dan kerjasama FL, tentu Baci Enoh bisa menembus dan menjangkau ke berbagai daerah yang jauh sekalipun.

Tahu gak sih kalau sebuah negara baru bisa disebut negara maju kalau 2% dari penduduknya menjadi wirausaha? Indonesia ternyata masih termasuk negara yang memiliki jumlah wirausahawan yang masih rendah, yaitu masih di bawah satu persen. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa baru 3% saja dari jumlah lulusan sarjana yang mau menjadi wirausaha. 

JNE sebagai perusahaan yang pada ajang tahunan The 4th ASEAN Marketing Summit 2018 berhasil meraih penghargaan pada kategori 'Silver Champion Transportation & Logistic' dan 'Top 10 Strongest Brand in Indonesia', tentu berkepentingan untuk menumbuhkan minat banyak orang untuk mau menjadi pelaku UMKM. Baci Enoh tentu mau banget dibantu oleh JNE, terutama dalam hal kurir/pengiriman karena memang produknya dijual secara online. Sudah saatnya baso aci yang dibuat asli oleh orang Garut itu bisa meng-Indonesia. Mangga dicobian. Raos pisan, Neng![]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun