Mohon tunggu...
Bang Aswi
Bang Aswi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger Bandung | Kompasianer Bandung

Seorang penggila olahraga, tukang ulin, dan desainer yang menggemari dunia kepenulisan. Aktif sebagai pengurus #BloggerBDG dan konsultan marketing digital | Kontak: bangaswi@yahoo.com | T/IG: @bangaswi ... ^_^

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Inovasi Balitbang tentang Pengolahan Sampah

5 Desember 2017   20:18 Diperbarui: 5 Desember 2017   20:53 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Herry Vaza, Sekretaris Balitbang PUPR, memberikan sambutan

Bagaimanapun sampah domestik itu adalah penyumbang sampah terbesar di kota-kota metropolitan. Jenis sampah yang harus menjadi perhatian khusus adalah sampah dapur yang mayoritas adalah sampah organik, begitu pula dengan sampah halaman seperti daun atau tanaman pengganggu. Ya, pengolahan sampah memang harus dimulai dari sumbernya, yaitu organik dan anorganik. Dan diskusi pun difokuskan pada penanganan sampah organik, karena sifatnya yang mudah membusuk.

Diskusi yang mengasyikkan dengan Bu Lya
Diskusi yang mengasyikkan dengan Bu Lya
Nah, salah satu yang menarik dibahas adalah pembuatan komposter rumah tangga. Bu Lya menitikberatkan pada pembuatan kompos kascing dan komposter pot. Kascing adalah singkatan dari "bekas cacing". Cara pembuatannya mudah, yaitu memerlukan wadah dengan ukuran 40 cm x 30 cm x 60 cm. Tinggi tanah nantinya tidak boleh lebih dari 60 cm. Komposisi kontennya adalah 3:1:1 (kotoran hewan atau kohe, tanah, dan kompos). 

Tanah disemprotkan dengan air sampai kadar airnya mencapai 55%. Sementara, untuk cara mengeceknya cukup digenggam tanahnya dan akan keluar urat-urat air (tidak sampai menetes). Jumlah cacing tanah yang diperlukan adalah 1 cacing per 5 cm. Untuk ukuran wadah di atas diperlukan kira-kira 1 kg cacing tanah. Hasil panennya adalah kascing yang bisa diayak, dimana bentuk fisiknya berbeda sekali dengan tanah.

Kalau lahan pekarangannya luas bisa menggunakan komposter rumah tangga yang ditanam di tanah. Akan tetapi kalau lahannya sempit, maka bisa menggunakan komposter pot. Ini adalah skala kecilnya, sedangkan pembuatannya sama. Hanya diperlukan wadah berupa pot atau barang sejenis dan masukkan bahan-bahan berikut secara berurutan. 

Lapisan paling bawah adalah pasir, lalu sampah dapur/organik yang sudah dicacah kecil-kecil (ukuran tidak lebih dari 5 cm), kotoran ternak, kapur, tanah, sampah dapur/organik, kotoran ternak, kapur, dan paling atas adalah tanah. Komposter pot ini didiamkan saja sampai semua campuran menjadi berwarnah hitam, dan hasilnya sudah siap untuk dijadikan wadah tanam. Mudah sekali.

Komposter pot dengan bahan plastik
Komposter pot dengan bahan plastik
Oya, media kompos itu sangat memerlukan mikroorganisme lokal. Tidak usah membeli karena cara membuatnya pun mudah. Bisa menggunakan bekas peuyeum (singkong atau ketan) atau bahkan nanas. Caranya adalah 1 ons peuyeum atau nanas yang sudah dibuat bubur + 5-10 sendok gula + air dalam wadah botol 1,5 liter. 


Cairan ini akan siap panen dalam waktu 5 (lima) hari. Fungsi dari gula adalah sebagai sumber energi bagi perkembangbiakan mikroorganisme lokal. Cairan inilah yang nantinya disemprotkan pada media kompos yang akan dibuat. Tidak rumit ternyata, ya. Bisa dong dipraktikkan di rumah?

KESIMPULAN

Bu Lya menitip pesan bahwa tidak banyak orang yang peduli pada pengolahan sampah. Hampir semua orang peduli dengan air bersih karena air dibutuhkan oleh semua rumah tangga. Akan tetapi sampah hampir tidak dipedulikan karena itu adalah barang buangan. Beberapa bahkan tidak peduli dengan membuangnya bagaimana dan ke mana. Asal sudah jauh-jauh dari rumah, mereka tidak peduli lagi. Padahal sampah rumah tangga adalah faktor terbesar bagi perkotaan seperti Bandung ini.

Foto bersama dengan Bu Lya
Foto bersama dengan Bu Lya
"Dengan mengolah sampah yang ada di lingkungan rumah tangga kita, itulah sumbangsih minimal yang bisa kita lakukan demi kebersihan kota ini," katanya tegas. Satu catatannya adalah jangan pernah membakar sampah, apalagi sampah yang sudah bercampur dengan plastik. Pemanasan pada plastik akan membuang zat-zat berbahaya ke udara. 

Kalau pembakaran sampah tanaman seperti halnya petani yang ingin membuka lahan, lebih baik di tempat yang jauh dari pemukiman. Bagaimanapun, polusi asapnya amat mengganggu bagi orang-orang yang ada di sekitarnya, khususnya bagi orang-orang yang memiliki penyakit sesak napas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun