Mohon tunggu...
Bang Ancis
Bang Ancis Mohon Tunggu... Hanya Orang Biasa

Bang Ancis hanyalah seorang blogger iseng. Kenapa? Karena keisenganlah maka saya menjadi seorang blogger. Visit my web : www.bangancis.web.id

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jangan Cerita Masalahmu, Bisa Jadi Mereka Bosan atau Justru Biangnya!

13 Juni 2025   23:10 Diperbarui: 13 Juni 2025   23:10 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa orang tidak mudah percaya dengan omongan yang berhubungan dengan kesulitan kita? Mungkin karena mereka bosan. Mungkin juga mereka tak peduli. Bisa jadi karena mereka pikir kita cuma cari perhatian. Atau... mereka sebenarnya adalah bagian dari masalah itu sendiri.

Saya sedang berada di posisi itu. Terjebak dalam kekusutan hidup yang rasanya tak ada jalan keluar. Lalu saya cerita. Tapi yang saya dapat malah tatapan kosong, senyum basa-basi, dan nasihat yang rasanya keluar dari buku motivasi tahun 90-an.

Ada orang yang awalnya mendengar. Duduk, mengangguk, ikut sedih. Tapi setelah cerita kita terus berulang, ekspresi mereka mulai berubah. Mereka mungkin tak tahan dengan repetisi. Satu dua kali cerita mungkin bisa dimaklumi. Tapi jika minggu depan kita cerita hal yang sama? Bosan.

Padahal kadang, kita cerita bukan minta solusi. Kita cuma ingin didengar. Tapi di dunia yang semuanya sibuk, mendengarkan jadi barang mewah. Kita tidak sedang berkompetisi siapa yang paling menderita. Tapi ternyata simpati dan empaty juga ada batasnya.

Sungguh, tak semua orang akan peduli pada kesulitan yang bukan miliknya. Beberapa bahkan menganggap kesusahan kita sebagai karma. Atau akibat kita sendiri yang terlalu ceroboh, terlalu baik, terlalu naif.

Saat itulah kita sadar, simpati itu bukan sesuatu yang bisa diminta. Kalau seseorang tidak merasa terhubung dengan kita, mereka tidak akan peduli. Bahkan jika kita teriak di depan mereka, yang terdengar di telinganya cuma suara nyamuk.

Ada pula yang mencurigai: jangan-jangan kita melebih-lebihkan. Mereka pikir kita sedang bikin drama. Apalagi jika kita masih bisa tersenyum di Instagram, masih aktif di WhatsApp grup, dan kadang ngepost video lucu di TikTok. "Katanya susah, kok masih sempat joget?"

Kita hidup di zaman di mana penderitaan harus divalidasi lewat bukti. Harus upload muka sembab, saldo kosong, rumah dijual. Kalau tidak, ya dianggap bohong. Dunia ini sudah terlalu skeptis. Dan itu menyakitkan.

Yang paling menyakitkan adalah jika ternyata... mereka sendiri adalah bagian dari masalah itu. Orang yang membuat hidup kita ruwet. Orang yang menyebarkan gosip, menjatuhkan diam-diam, atau memanfaatkan kebaikan kita sampai habis.

Saat kita cerita, mereka akan jadi yang paling pertama tertawa. Atau menyebarkan cerita itu ke orang lain. Kita jadi lelucon. Padahal awalnya kita percaya. Bahkan dalam banyak kasus, orang terdekatlah yang justru mengiris paling dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun