Taman cinta itu menyimpan kegirangan, setiap mawar yang merekah dinyanyikan oleh kembang-kembang yang rendah.
Saban pagi mereka melagukan "Mawar Merah Hati" sebagai pemuliaan kepada bunga mawar pemegang mahkota diantara segala bunga dan daun.
Tapi pagi ini Mawar begitu pucat kehilangan merah tuanya, segala hijau dan warna di taman pun mengikuti sedih, warna Taman Cinta pun berubah ungu di pagi yang berembun.
Seekor kumbang melekat Mawar. "Wahai Rose, kamu sakit?" Dengungnya. Namun Mawar berdiam, bibirnya pucat. Tempat tidur malamnya pun belum juga digeser meski sekejap mentari akan melempar cahaya.
Seekor kupu-kupu menaruh kakinya di helai Mawar. "Hei Rose, bisakah kita kembali bercumbu?" Pintanya. Namun Mawar berdiam tidak juga menaikkan dekap merahnya.
Tak lama burung-burung berputaran di atas taman mulai mengicaukan gosip tentang Mawar yang Sakit, yang tidak biasa dan tidak pernah terjadi sebelumnya.
"Apakah Taman Cinta akan ditutup hari ini?" Celoteh para unggas resah. Namun tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan itu, segala makhluk botani yang ada di Taman Cinta tampak berkaca-kaca.
" Bagaimana bila kita memanggil Tabib Belalang kemari?" Usul seekor capung. "Mmm.. usulan yang brilian!" Hampir semua dedaunan mengangguk serempak, membikin semua relawan Mawar manut tegak lurus.
Tak lama tabib Belalang pun mendarat di rumput taman sehabis  burung-burung pipit.Â
"Uh! Mengapa taman begitu muram?" Buka belalang bersuara serak.
"Mawar sakit, pakde! Sergah kupu-kupu.
"Hah? Kenapa? Kau kan kekasihnya! Kritis Belalang. Kupu tersimpul malu. "Tapi aku hanya menciumnya di pagi hari seperti biasanya! Bela dirinya.
"Tanya si kumbang itu, pakde" Cetus Kupu.
"Hei Kumbang bukankah kau juga pacarnya Mawar?" Tuduh belalang kepada kumbang