Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Satu Hari yang Panas dan Basah

17 Mei 2022   10:39 Diperbarui: 17 Mei 2022   10:44 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image from pixabay.com

Ini bulan Mei yang panas, cuaca ekstrim melanda negara-negara tenggara, rata-rata 35 derajat dengan maksimum 40. Saban siang kami meleleh seperti es batu yang terus menetes, membasahi wajah, bahu, tangan sampai kaki. Membuat kami basah setiap hari, di dalam kamar sewa murah yang selalu terbayar di belakang tanggal yang telah disepakati.

Lapar, bahkan minuman, kadang berminggu baru bisa kami beli setelah tulisan-tulisan saya di HL oleh penerbit yang perhitungan, dan sedikit rendah selera.

Selain itu tidak ada yang bisa saya kerjakan kecuali mengebor, hampir di saban kesempatan, terlebih pada malam hari di mana temperatur atmosfer sedikit turun mendinginkan bumi. 

Saya masih terus bekerja, seperti hanya inilah satu-satunya pekerjaan saya di tengah kepailitan dan suhu panas. Entah kapan hal ini berawal, saya tak mengingatnya persis, saya hanya berusaha untuk memenuhi pencapaian saya seakan hanya inilah tujuan hidup saya. 

Saya harus terus menekan, memompa tanpa henti untuk mengeluarkan segala sumbatan yang ada. Setiap hari lengan saya memompa seperti mesin namun saya tidak menemukan hasil yang saya maui, bahkan terasa kopong, saya memompa berkali-kali dan hanya mengeluarkan angin. Hal ini membuat saya mengerahkan segala daya dan pikiran saya untuk mencapai puncak namun hanya fatamorgana dan  menjadi semacam obsesi yang menguasai saya.

Perempuan yang sudah beberapa lama bersama saya kali ini terlihat masih tiduran di ranjang, membuka semua jendela dan berharap hembusan angin mendinginkan ruang tidur yang tidak berpendingin, meski dibantu oleh kipas angin yang berotasi tanpa henti sebagai booster untuk mengoyak udara, namun akhirnya hanya menyisakan panas yang berputar di langit-langit ruang tidur.

Perempuan itu masih bertahan bersama saya.
Aku masih tahan hidup bersama engkau, Henk! Tapi aku tak tahan hidup dengan panas ini! Katanya sambil mengipasi dadanya yang terbuka.

Saya kerap mendengar katanya berulang-ulang dan saya juga bosan dengan jawaban saya yang berulang-ulang.
Aku tak keberatan kau pergi meninggalkan saya sayang! I'll be fine! Begitu jawab saya berulang-ulang.

Tapi dia tak pernah juga meninggalkan saya dan tempat sewa yang panas ini, sementara saya tidak sama sekali keberatan akan keberadaannya di tempat saya ini.

Namun untuk kegiatan saya yang terakhir ini, saya tidak pernah membicarakan dengannya, saya menutupnya rapat-rapat. Saya berniat untuk mengerjakannya sendiri, selain karena ini sangat pribadi, juga saya telah gagal berkali-kali dan hampir membuat saya frustrasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun