Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasih Saya yang Lebih Tua

5 Desember 2021   13:31 Diperbarui: 6 Desember 2021   06:00 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber dari pixabay.com

Saya menendang kaleng-kaleng melompong bekas soda dan bir yang berserakan, tetapi saya tidak merasakan nyeri di jari kaki saya, meskipun sneaker butut saya koyak di sana-sini. Saya terbiasa melakukannya entah untuk apa, hanya menyepak kaleng-kaleng alumunium itu saja untuk membunuh sesuatu yang tidak saya ketahui. 

Suara lempengan tin yang melengking saat bergulingan membikin rasa menjadi ringan. Usia saya yang belia juga menyetujui bahwa menyepak sesuatu di jalanan itu mengisi kekosongan yang membuat saya sedikit berarti dari kemiskinan saya.

Akil balik dan kekurangan tidak lantas membuat saya putus asa, hanya meringis menahan lapar dari ketidakcukupan makan sekali satu hari. Saya tidak mengemis, hanya membersihkan kaca atau pintu mobil, membawakan belanjaan pasar, kadang menunggu parkir sempalan. 

Mulai kemarin seorang preman memilih saya menjadikan saya penyalur kebutuhan dasar di sebuah rumah malam. Bilangnya dia membutuhkan anak tujuhbelasan yang jujur untuk membantunya, Bilangnya juga kalo saya gak usah lagi bergelandang dan bakal tidak kelaparan, bisa makan tiga kali satu hari. Saya menurut saja selain takut. 

Sejak itu, saban malam saya berkeliaran di sekitar bangunan gemerlap itu, saya membawakan makanan kecil, rokok, minuman, untuk orang-orang keluar masuk, termasuk nona-nona yang katanya bekerja di dalam. 

Setiap hari saya dikasih uang, katanya gaji saya bekerja dari malam sampai menjelang pagi. Semula saya sering mengantuk dan satu kali pernah tertidur, pipi saya ditampar keras oleh kakak bos, sakit banget, lalu sejak itu saya tidak pernah mau tertidur lagi.

Malam ini malam minggu, malam yang ditungu-tunggu. Rumah terang seperti kerumunan oleh pengunjung, membuat saya sibuk kesana-kemari. Saya berkeringat membawakan kotak-kotak terutama kaleng- kaleng minum dan rokok. 

Mereka meraihnya seperti menangguk ikan di kolam, menghembuskan asap-asapnya dan melelehkan liquid keluar dari can-can tipis itu. Lalu berbarengan memasuki rumah gemerlap, sebagian berpasangan lelaki dan perempuan. Seterusnya saya banyak menunggu mendengarkan suara gedebuk lagu yang tidak saya mengerti.

Jam 2:30 orang-orang keluar dan kembali membikin saya sibuk untuk mengambil kotak konsumsi mereka dan mereka kembali meraupnya seperti semula mereka datang.  Berpencar dan mengambil masing-masing kendaraannya untuk pergi pulang ke tujuannya.

Saya menarik udara lega kerna gawean hampir usai dan saya pun membersihkan segala sampah yang berserak sebagai tugas terakhir di dini ini. Saya biasa bekerja cepat untuk cepat pula membawa bayaran saya pulang ke gubuk tampungan saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun