Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Haruskah Jerman Angkat Koper?

23 Juni 2021   12:54 Diperbarui: 23 Juni 2021   13:10 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prancis diimbangi Hungaria 1-1 di laga kedua Piala Eropa 2020 (AP/Laszlo Balogh)

"Deutschland ist eine Turniermannschaft", "Jerman selalu ada di turnamen besar" tentu saja hal itu merupakan bukti sahih pasukan volkswagen ini. Namun apakah itu begitu penting? Jerman selalu ada di turnamen besar sehingga selalu berada di batas tipis antara kedigjayaan dan kekejaman. 

Hal inilah yang telah ditelan  bos Joachim pada kejamnya piala dunia 2018, betapa lukanya hati sang pelatih hingga bersumpah bahwa Thomas, Hummels dan Boateng harus menyingkir dari tim masa depan.

Tapi bagaimana bisa membuang "Poster Boy", Thomas Muller dan "Stabilizer" Mats Hummels?
Dan Joachim melunak dengan berbagai kisah alasan untuk merangkul keduanya di Euro2020.

Kembali ke pasukan "Schwarz und Wei", setelah dikalahkan Perancis 0-1 dan menang 4-2 melawan Portugal, kini mereka harus menatap ulang kembali sejarah Hongaria. Bisakah Panser Baja melalui hadangan?

Kekalahan dari Perancis memang menyakitkan meski lalu dikoreksi dengan kemenangan besar atas Portugal. Apakah berarti Jerman sudah tune in kembali ke "staying power"? 

Lihat saja, ketika Joachim Low memulai pertandingan krusial melawan Portugal dengan mengunyah hazelnut, yang seperti  mengisyaratkan bahwa akrobat Christiano itu hanya cocok untuk sepakbola klub.

Namun jujur saja, kemenangan 4-2 atas Portugal adalah memang kemenangan pertandingan tetapi sejatinya bukanlah kemenangan Jerman. Dua gol bunuh diri Diaz dan Guerreiro adalah isyarat tipis bahwa Jerman hanya memasukan dua sama dengan Portugal. Barangkali saja ini adalah garis tangan Jerman yang selalu menjadi yang terakhir sebagai penentu seiring mesin diesel yang setengah panas dan akan mencapai panasnya saat menghadapi Hongaria.  

Menghadapi Jerman, Hongaria tentu akan menghidupkan lagi perang Berne mereka di final dunia 1954, meskipun dalam haru-biru politik homofobik mereka, yang sempat diwarnakan pelangi Allianz, namun ditolak UEFA sebagai sepakbola anti-politik diatas hegemoni kesetaraan.
Tapi apakah Hongaria gentar?

"Malam tidak akan pernah berakhir", "Az ejjel soha nem erhet verget" begitu nyanyian pesta sepakbola Hungary, sekalipun mereka berada di dalam grup kematian.

Adam Szalai yang pemalu akan memacu rekan-rekan setimnya untuk membuka jala Jerman, meski sebagai ikon kedua dan yang terakhir dalam tim Euro2020, pekerja amal budiman ini akan menjadi satu-satunya penahan dan pembawa bola ke atas untuk di sodorkan kepada sang pelari cepat Magyar, Rolland Sallai.

Banyak berlari bisa mengacaukan Jerman yang steady, transisi penyerangan cepat dengan kombinasi umpan panjang ke belakang baris pertahanan adalah keahlian Hungary, disamping keberanian individu yang diatas rata-rata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun