Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kandidat Terpilih

27 April 2021   07:11 Diperbarui: 27 April 2021   07:21 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh StockSnap dari Pixabay

Saya mengenalnya di kereta komuter. Orangnya nampak baik, bersahabat dan tutur katanya halus. Berbicara runut dan sistematis seperti pejabat yang pandai berpidato. Tak memerlukan tempo lama saya langsung terpikat. Dan kami menjadi akrab. Cuman selama saya menjalani kebersamaannya, saban pergi dan pulang kereta komuter, hanya dialah satu-satunya yang wajahnya sulit saya gambarkan. 

Maksudnya, otak saya menjadi berkabut saat mencoba memvisualisasikan wajahnya saat saya sedang tidak bersamanya. Lain halnya ketika saat bertemu, saya demikian kenal wajahnya seperti saudara sendiri. Beberapa orang rokers yang saya kenal, tetap fine-fine saja. Saya mengingat wajahnya dengan jelas meski kami tak bertatap. Namun kenalan ter'gres' saya ini seperti anomali.

"Selamat bertemu kembali"

Begitu ucapannya yang selalu sama saat kami berpencar. Seakan dia tak sabar untuk bertemu saya kembali. Begitu halnya dengan perasaan baru yang muncul di tubuh saya. Saya seperti merindukan selalu dekat dengannya, bersama dengan berjalannya waktu.

"Bagaimana kau melewati malam ini? Aman?"

Kembali pertanyaan yang sama diucapkan saban pagi menjelang masuk ke dalam kereta komuter. Saya yang semula merasakan ganjil,  lama-lama menjadi terbiasa. Bahkan jika di pagi pertama dia tidak menanyakan tentang hari malam saya, terasa ada sesuatu yang hilang. Saya jadi merasakan kekecewaan yang sulit saya gambarkan. Berbeda jika dia menanyakannya, ada rasa aman yang menyelimuti diri saya.  

Ada hasrat untuk menanyakan portofolio kawan satu ini, namun selalu saja saya menemukan kegagalan. Habis, setiap saya mulai menatapnya, rencana kepo yang sudah saya susun segera menguap seperti alkohol. Tiba-tiba saja saya berada di dalam suatu pembicaraan yang penting dan berharga di sepanjang perjalanan. Hingga saya berhenti di setasiun tujuan, sedang dia masih meneruskan perjalannya yang mana sampai sekarangpun, saya tak mengetahui di titik setasiun mana dia berhenti.

Demikian halnya saat pulang dari kantor, ketika saya naik, dia sudah berada lebih dahulu dan selalu berdekatan dengan posisi saya. Sampai saya mencapai tujuan, dia masih tetap bergeming untuk melanjutkan perjalanannya ke setasiun berikut, yang mana tidak pernah saya ketahui.

"Selamat bertemu kembali. Jaga diri anda di malam ini" Katanya dengan suara menarik. Membuat hati saya tenang saat menuruni  tangga kereta mendengar ucapan perpisahan yang demikian menyejukkan hati saya.

Sesampai di rumah, saya masih saja memikirkan teman saya yang satu itu. Wajahnya yang buram muncul di benak saya, meski saya berusaha keras membayangkan wajahnya namun nihil. Yang kenyataannya, pada akhir-akhir ini wajah buramnya sering menghinggapi di malam-malam yang harus saya lewati. Hal ini kemudian menghadirkan rasa takut  saya, saat malam menyerang masuk menyelimuti seluruh ruang tidur saya. Betapa saya segera ingin malam cepat berlalu dan bisa bertemu dengan teman kereta yang baik itu.

"Bagaimana malam ini kau lewati?" dia bertanya diawal pagi kereta. Saya memaksakan sebuah senyum sebagai jawabannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun