Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta yang Terdakwa

18 September 2019   23:25 Diperbarui: 18 September 2019   23:26 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengacara terhenyak, melengserkan punggungnya di kursi rotan ruang tamu hotel prodeo. Hatinya geram beraduk masgul, memandang ironi klin perempuan dihadapannya. Cinta? Bah! Ingin rasanya dia melemparkan cinta perempuan ini ke kolong bus trans.  Betapa enggak? Semestinya kasus ini kasat mata, tentang seorang suami yang terbunuh kerna ulahnya sendiri. Meli, kamu harus bebas, kamu inosen.

"Meli.. ini soal hukum, letakkanlah sejenak cinta itu. Kau taklah perlu mencampuradukkan soal hukum dan cinta. Mengertilah!" perlahan sang pengacara mengganti tiktak pendekatannya. Namun Meli menggeleng perlahan. Parasnya memenuhi ruang kepala sang pengacara, yang mencoba mengeduk arti terdalam dari cinta yang barangkali sudah lapuk dari kehidupannya yang koheren. Namun pengacara tak menemukannya, dalam benaknya, hanya secemit memori cinta masa buyungnya, selebihnya kabur berkabut asap.

"Okeh Meli. Saya coba mendalami apa yang ada di dirimu. Ku pikir sejatinya, untuk mencintai lebih dari apapun, itu akan membinasakan engkau. Akan kucoba melihat pembelaan dari sisi cinta, jika itu yang engkau mau. Akan aku buat pembelaan untuk sidang terakhir esok.. " Pengacara berujar dengan wajah suram, berusaha mengalihkan tatap perempuan pesakitannya, tapi enggak bisa.

"Terima kasih pengacara. Cinta harus menjadi hal terakhir yang diampuni.." Meli menjawab lirih seakan lebih kepada dirinya sendiri.

***

Ruang sidang yang lebar tampak dipenuhi rakyat yang berminat terhadap kasus pembunuhan seorang suami yang dilakukan oleh istrinya.  Hari sidang terakhir ini akan membacakan keputusan pengadilan dari tuntutan hukum atas pembunuhan yang telah dilakukan saudari Meli dan telah disampaikan tututan yang serupa oleh penuntut umum. Sidang sendiri berlaku lancar jaya dan terkendali, sampai tiba diujung kesimpulan pembelaan terdakwa.

"Silakan Pembela mengajukan kesimpulan pembelaan" Hakim bertoga, memecah kesunyian ruang sidang. Pengacara menyentuh tangan klinnya Meli yang duduk berdampingan, serta merta pengacara berdiri.

"Yang Mulia. Kami memahami pelaku yang adalah kiln kami saudari Meli, memiliki cinta yang asli terhadap almarhum suaminya. Perlu difahami, klin kami terlalu mencintai suaminya. Cinta yang terujung, cinta yang rela menyerahkan hidupnya demi seseorang.."

Suasana hening mulai merayapi ruang sidang. "Teruskan pembela.." Hakim seperti kepo mendengar kelanjutannya.

"Yang Mulia. Mungkin ada benarnya saudari Meli membunuh sang suami. Namun begitu cintanya itu demikian gahar melebihi apapun, sehingga cinta dan terdakwa Meli, mungkin tampak seperti mahluk yang sama. Lalu yang manakah yang bersalah? Yang manakah yang paling dipertaruhkan? Dan kami tim pengacara sepakat mengatakan bahwa pelaku pembunuhan ini adalah cinta. Untuk itu Yang Mulia, kami mohon untuk menetapkan cinta sebagai terdakwa. Terima kasih"

Lalu hening meliputi atmosfir sidang, tak ada kata bahkan bisik yang terserap telinga. Senyap melanda segala isi, tuan hakim, penuntut, pembela dan pemirsa tanpa kontroversi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun