Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Menambal Cinta

16 Agustus 2019   00:06 Diperbarui: 16 Agustus 2019   00:11 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Syaza menggerai rambut indahnya, dia paham sangat bahwa ayunan jenjang lehernya akan mencuatkan aura kecantikan instan disekujur paras tirusnya. Siapa yang tahan. Lelaki segala, akan terhuyung melihat pesonanya.  Sejauh kini memang belum nampak seorangpun bujang tampan yang menjadi pendampingnya.  

Seakan enggak peduli masifnya pedekate dengan segala akal strategi tetap saja Syaza bergeming. Termasuk aku, berjuang untuk dapat merebut hati Syaza, "die hard"meskipun hanya sebersit cahaya perhatian taklah mengapa yang penting ada asa. Namun Syaza tetap saja melenggang terlihat abai kepada para pejuang cinta. 

 Diriku sendiri terheran sebegitu terbelenggu kesudut bumi yang paling mikro yang saban malam melamun di bawah bulan berharap kejatuhan purnama. Kerap melongo membayangkan pesona Syaza, bak seorang psikopat. Ah ..Syaza Wisastro.. perempuan anggun bertubuh ramping, dengan paras elok berhidung bangir, bermata belok kirana, merekah pula bibir merahnya seranum senyum Courtney Love janda Kurt Cobain. 

Dan semenjak period itu pula, aku menekuni insomnia akut yang mengawali episode kisah bertepuk sebelah tangan.

^^^

Rundown kuliah pagi pun terlewat lepas, meski sudah kupacu sepeda motor meliuk di belantara himpitan padat kota, sehingga prioritaspun turun grade cukup mengejar fotokopi ringkasan penting lektur pagi dari dosen seni lukis prof Hensa. 

Tak mengapa kupikir. Sudah biasa.  Berjalan ke ruang pustaka menjelang jadual midtest  yang jejal, mungkin bisa sedikit merilekskan tubuhku, didalam bangunan pustaka tinggi mega beralirkan udara  bumi yang sejuk.  Ku pun mengambil duduk di bangku kosong, belum ngapa ngapin hanya menatap rak tinggi penopang kitab pengetahuan yang berbaris padat.  

Seorang perempuan tiba dan hinggap pas memarkir tubuh rampingnya di depanku. Wajahnya menunduk ke buku terbuka yang dibacanya tanpa hirau. Hei! siapakah pemuda yang ada di hadapanmu? Kalbuku protes.  Aku menunggu degup beberapa detik sebelum menyapanya. "Syaza?"

Pelan dia menaikkan dagu lancipnya, mata indahnya menatap mahluk di depannya, barangkali sekitar lima detik. "Bandit..?" akhirnya dia membuka bibir seksinya.

"Hush! panggil aku Ben saja" aku kesipu, namun tak memungkiri surprise bahwa namaku listed di angannya walaupun dengan konotasi minus, ini akibat komplotanku kerap memelesetkan namaku begitu.

"Buku apa?" aku mengarahkan jemari. "Biologi" sahutnya. "Kamu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun