Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kisah Jalan Tol

12 Desember 2017   21:12 Diperbarui: 12 Desember 2017   21:26 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pasti bapak kesal setiap dua tahun sekali tarif jalan tol naik. Lalu bapak pasti kembali mencari cari kesalahan dari pelayanan jalan tol yang selalu tidak bergerak maju sampai undang undang  yang menjadi bumper pelindung  untuk kenaikan tarif tol.

Sindrom rasa kesal dua tahunan ini memang selalu terasa semriwing, antara rela dan tidak rela, antara kayaknya ada sesuatu yang salah namun ya sudahlah. Kenaikan pun beragam, dari gope (500 rupiah) sampai beberapa ribu, tergantung jarak yang mau bapak ambil, terserah situ. Kalo naik gope, nampaknya fine fine saja bro, biasa pak ogah juga segitu, lagi kan banyak stok logam gopean yang biasanya tersimpan di laci mobil. 

Tapi kalo udah menyentuh 3 digit (seribu keatas), kadang memacu misuh misuh untuk selang beberapa hari  sebagai periode pancaroba penyesuaian jiwa kita pasca kenaikan tarif tol ini. Kadang jiwa sampai meronta tak terima, kok naek terus sih, mo sampe kapan? Namun setelah beberapa hari berjalan demam pun akan mereda, itu normal seperti siklus bakteri dengan proses inkubasi. Enggak apa apa kok! Menurut saya, ada hal yang paling penting ketika bapak mulai memutuskan masuk jalan tol, yaitu keselamatan, safety first, safety drive. Jadi, mindset bapak enggak boleh macem macem, mikir kenaikan tol.

Bahaya kecepatan dan lalu lintas jalan bebas hambatan memerlukan fokus bapak dalam berkendara, iya kan. Sayangi nyawa anda dan keluarga yang menunggu anda dirumah dengan selamat. Karena amatlah berbahaya, menyetir mobil, bapak dongkol terus mikirin duit bayar tol naik. Hati hati ya pak. Apalagi kalo bapak punya salah satu atau gabungan dari penyakit katastropik yang ada delapan itu, jantung, kanker, gagal ginjal, stroke, thalassemia, sirosis hati, leukemia dan hemophilia.

Sangat tinggi resikonya berkendara di jalan tol membawa perasaan kesal karena tarif tol naik dan tambahan adanya isu 8 penyakit yang tidak ditanggung bpjs, meski sudah disangkal hoax.

Jadi kesimpulannya, bapak mesti iklas, ini penting buat diri bapak sendiri lho.

Mungkin saja bapak sudah menyiapkan mental saat akan memasuki gerbang tol,  saya akan iklas dan fokus begitu batin bapak. Namun bisa saja, saat berhenti di pintu masuk tol, ketika bapak mau menswipe e-tol card bapak, ternyata enggak nyampe, entah mobil bapak kurang mepet atau tangan bapak pendek, sehingga bapak terpaksa buka pintu atau turun dengan rasa mulai jengkel.

Kemudian bisa saja waktu bapak menswipe kartu, enggak ada respon, meskipun udah bapak gesek abis, palang tidak juga mau ngangkat sedang mobil belakang sudah klakson klakson. Jangan panik, bapak mesti tenang, pencet tombol help, dan akan ada petugas yang sigap menolong. Dan bapak jangan marah marahin petugas lho, meskipun kesal bapak mesti seting lagi ke mindset semula untuk fokus di jalan tol, ya kan?

Serasa telah melewati satu rintangan, kemungkinan hambatan berikut adalah jalan tol yang bolong bolong.

Baru kemarin di tambal, kena hujan dua hari saja sudah bolong seperti gigi kropos, apa ini yang dimaksud comply spm (standar pelayanan minimum)? begitu bapak mulai menggerendeng dibalik cengkeraman kemudi kendaraan bapak yang semakin mengepal. Terpaksa bapak mengurangi kecepatan dan meliuk menghindari lobang lobang keropos itu. Ndak boleh meliuk dijalan tol, bisa kesamber pak, jadi kadang terpaksa bapak menjebloskan roda kelubang karena tak ada pilihan lain daripada kesamber.  Memang salah satu yang tidak enak didunia adalah sengaja menjebloskan roda mobil sendiri di jalan tol yang bolong dan merasakannya sendiri.

Wokeh bro, kita tinggalkan sejenak kondisi aspal yang tadi itu, sekarang saya tanyak, apakah bapak biasa melaju di jalur kanan atau kiri, bisa kita bahas sekarang. Kalu laju kendaraan bapak appropriate, silakan dilajur kanan, tapi kalau laju bapak tanggung, ini yang repot. Jika bapak ambil dijalur kanan, bapak bakal diklakson atau di tembak lampu dim oleh kendaraan dibelakang bapak yang lebih laju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun