Mohon tunggu...
Eka Nurmuzaki
Eka Nurmuzaki Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Teknik Geologi ITB, muslim yang ingin sekali bisa mengerjakan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi apa yang Allah larang :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia Lebih Islami Daripada Singapura, yakin?

1 Januari 2013   03:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:42 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Kebersihan itu sebagian dari iman” Mungkin itu adalah kata-kata yang sangat familiar di telinga umat Islam Indonesia, sama halnya dengan ungkapan yang juga merupakan salah satu ayat Al Quran: “Allah bersama orang-orang yang sabar”.
Sedari kecil ketika kita mengaji di surau-surau, bahkan ketika kita belum bisa membaca ayat-ayat yang Allah turunkan ini, kita terlebih dahulu sudah mengetahui hal ini. Ustadz dan Ustadzah pengajar madrasah memberi tahu kita bahwa seorang mukmin (orang yang beriman) ialah seorang yang cinta dengan kebersihan.
Setiap sore, setiap hari, setiap pekan, selama bertahun-tahun kita mendapat berbagai macam ilmu agama yang semakin lama semakin kompleks, mengikuti perkembangan kapasitas otak kita. Tapi ada satu hal yang tidak berubah dan tetap diajarkan pada kita hingga saat ini: bahwa kebrsihan itu sebagian dari iman.
Begitu intens nya kita bersentuhan dengan kalimat ini hingga seakan kata-katanya telah merasuk ke dalam dada dan terpatri dalam jiwa.
Beberapa pekan lalu, tepatnya pada tanggal 22-24 November 2012 Allah memberi kesempatan kepada saya untuk melakukan sebuah kunjungan ke Singapura bersama 8 orang teman lainnya. Kami berasal dari kampus yang berbeda mewakili aktivis Masjid Salman ITB untuk melihat lebih dekat bagaimana kehidupan umat Islam disana, termasuk organisasi Islam di kampus dan masjid-masjid.
Kesan pertama begitu menginjakan kaki di Changi International Airport adalah nuansa futuristik yang sangat dominan. Entah mungkin karena ini kali pertama saya keluar dari area Indonesia sehingga terkesan sangat terpesona, atau memang karena ini bandara sehingga dibuat sedemikian rupa untuk menunjukan kesan pertama Singapura.
Entahlah, yang pasti saya sangat terkesan sekali dengan suasana yang sama sekali belum pernah saya temui sebelumnya. Berbagai fasilitas terkini dipasang untuk memudahkan turis melakukan aktifitas di tempat tersebut, bahkan di pintu keluar toilet pun terpasang layar sentuh sebagai “lembar” kuisioner keadaan toilet yang bisa langsung diisi oleh pengguna toilet. Kuisioner itu berisi tentang tanggapan pengguna toilet akan kebersihan toilet dan semacamnya, sehingga bisa jadi feed back untuk pengelola toilet.
Kesan futuristik ini diimbangi oleh kesan natural dimana terdapat banyak sekali bunga-bunga tropis ditanam di berbagai sisi ruangan, menandakan bahwa Singapura masih merupakan negara yang berada di wilayah Asia tropis.
“Ok fine, jangan terlalu terpesona dengan Changi Airport ini. Wajar saja lah karena ini merupakan pintu gerbang Singapura. Wajah awal Singapura.” Terbersit dalam pikiran saya sepert itu ketika mulai keluar menuju stasiun MRT terdekat. Hingga sampailah saya dalam gerbong MRT bersama warga lokal Singapura. MRT ini menuju daerah Bugis tempat hotel yang telah kami pesan sebelumnya.
MRT ini adalah alat transportasi umum selain bis di Singapura. Bentuknya persis seperti kereta namun tidak mempunyai masinis karena telah diprogram otomatis untuk berjalan sendiri. Di sebelah kanan dan kiri dinding MRT ini dipenuhi oleh kaca-kaca sehingga kita bisa leluasa melihat sekitar, apalagi ketika rel yang dilalui berada sejajar dengan atap bangunan, pemandangan yang bisa dilihat pun semakin luas.
Ternyata, jauh panggang dari api teman-teman. Harapan Tebakan saya sebelumnya tentang kondisi di luar bandara salah besar! Terutama dalam masalah kebersihan, sepanjang mata memandang saya tidak menemukan secuil pun sampah yang bertebaran di tempat umum, kecuali daun-daun yang berguguran dari pohonnya. Bahkan aliran air di sungai kecil pun tak terihat membawa sesuatu yang disebut polutan!
OK, saya masih menyimpan sedikit harapan bahwa tebakan saya masih benar. Saya baru melihat keadaan luar, belum melihat kondisi hotel yang akan saya tempati. Saya masih berharap bahwa Indonesia sebenarnya tidak terlalu berbeda jauh dengan Singapura dalam kebersihan. Dan… sampailah saya di hotel, dan… pupuslah sudah harapan saya: kebersihan hotel tidak berbeda jauh dengan bandara, bahkan setelah saya genap 3 hari disini saya melihat hal yang sama di semua tempat, tanpa terkecuali.
Hati saya tertohok begitu mengingat ini adalah Negara yang sangat sekular. Negara yang sangat tidak agamis. Negara yang bahkan penganut ‘agama’ Atheis menempati urutan kedua terbanyak dianut oleh mahasiswa NTU, diatas agama Kristen dan Islam.
Bukannya saya tidak menyukai keberhasilan Singapura dalam masalah kebersihan, tapi saya merasa miris begitu mengingat bahwa tidak jauh dari tempat saya berdiri saat itu - yang bahkan hanya memerlukan waktu setengah jam perjalanan menggunakan Ferry- terdapat sebuah Negara besar dengan mayoritas penduduk muslim. Namun kebersihan, yang sepertinya hal sepele, masih menjadi masalah utama negeri itu.
Dengan potensi keberadaan umat Islam di Indonesia yang melimpah, seharusnya kebersihan menjadi hal yang bisa kita banggakan. Namun kenyataan berkata lain; banjir, kesehatan, dan polusi yang merupakan anak masalah dari kebersihan masih setia menemani kita setiap tahunnya.
Tentu sebagai muslim yang baik, kita seharusnya mengamalkan kebaikan yang telah kita ketahui. Terlepas dari kondisi politik yang rumit atau peraturan kebersihan yang belum berjalan efektip, kita seharusnya bisa mengamalkan dari masing-masing individu. Jika individu telah peduli dengan kebersihan maka hal ini akan merambat ke keluarga, dan jika banyak keluarga Indonesia bergabung maka saya yakin akan tercipta sebuah masyarakat yang cinta dengan kebersihan, dan pada akhirnya akan terbentuklah Indonesia yang bebas dari maslah kebersihan.
Sedikit terdengar utopis memang, tapi ini lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa sama sekali. Marilah kita keluarkan kembali dari dada kita, angkat dan tempelkan dalam tangan dan kaki untuk bertindak, bahwa kebersihan itu sebagian daripada iman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun