Mohon tunggu...
Banal Padliansah
Banal Padliansah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Yang menyukai dunia penulisan. Suka baca buku, bincang ilmiah dan pegiat literasi di lingkungan kampus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Penjual Gorengan-Bagian 1

15 Mei 2024   20:03 Diperbarui: 15 Mei 2024   20:09 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Misteri Gunung Ciremai Jalur Palutungan - Homecare24 

Sore itu langit cerah. Matahari tak lama lagi terbenam. Lembayung senja yang kuning keemasan mengiasi langit. Masjid Jami Al-Istiqamah berdiri gagah ditambah sebuah menara yang menjulang tinggi di depan nya. Warna putih masjid dan arsitektur khasnya laksana istana yang membuat takjub bagi siapapun yang menatapnya. Sedangkan di depan masjid Jami Al-Istiqamah adalah taman kecamatan yang rimbun oleh pepohonan.


Sepuluh menit lagi adzan magrib segera berkumandang. Terlihat sekawanan Anak-anak kecil berlarian menuju masjid Jami Kecamatan itu, mereka berlomba-lomba untuk datang duluan ke masjid. Sedangkan di sekitaran taman Kecamatan,  telah dipenuhi para pedagang yang sedang bersiap-siap membuka stand jajanan-jajanan malam. Hampir semua jenis jajanan malam bisa didapati di sekitaran taman kecamatan itu.


Di salah satu stand jajanan, lebih tepatnya di stand penjual gorengan. Terlihat gerobak dagangannya dikerumuni oleh para pembeli. Sebagian besar pembeli adalah anak-anak muda yang sedang menikmati senja di sekitaran taman masjid Jami. Dua orang pemuda tangkas melayani para pembeli di belakang gerobak gorengan mereka.


"Alhamdulillah sedikit lagi habis Mir". Ucap Hasan kepada temannya Amir, Setelah melayani pembeli terakhir di sore hari itu.
"Iya San, InsyaAllah pas adzan isya nanti juga habis kayaknya." Timpal Amir.
"Iya. Yaudah yu, kita beres-beres dulu bentar lagi adzan magrib ini." Saut hasan.
"Hayu lah, gas kita beres-beres". Jawabnya.


Benar saja lantunan Adzan magrib dari masjid Al-Istiqamah terdengar. Lantunan adzan itu begitu syahdu. Tak perlu waktu lama bagi Amir dan Hasan untuk  membereskan dagangannya. Tak lupa juga menaruh selembar kertas di kaca depan gerobaknya yang bertulisakan "penjual Sedang Sholat".


Selepas berwudhu, Hasan dan Amir memasuki masjid bertepatan ketika imam sedang takbiratul ihram. Keduanya lalu merapat ke shaf shalat. Imam membaca surat Al-Fatihah dengan begitu Tartil dan sejuk untuk didengar. Membuat para Jamaah dibelakangnya seakan dibawa ke tempat lain, dunia di mana kedamaian dan kesejukaan berada. Lalu imam melanjutkan dengan membaca surat Al-Maun. Hasan dan Amir yang lulusan pesantren tentu sangat memahami maknanya sehingga mereka begitu menikmati bacaan imam. Di rakaat kedua setelah membaca Al-Fatihah imam melanjutkannya dengan membaca surat Al-Ikhlas. Lalu ditutup dengan salam setelah tasyahud akhir di rakaat ketiga.


Setelah Berdzikir, berdoa dan shalat sunah ba'diyah magrib, Hasan dan Amir keluar masjid. Ketika mereka sedang berjalan di teras masjid tiba-tiba Hasan berhenti dan pandanganya tertuju kepada seorang perempuan yang sedang duduk menghadap anak-anak. Peremupuan itu adalah salah seorang guru mengaji sore anak-anak. Spontan Amir yang tahu tingkah Hasan pun, tidak bisa tidak untuk tidak mengejeknya.


"San Hasan. Setiap magrib selalu begini. kalo memang suka tembak dong. Jangan Cuma diliatin aja setiap magrib Haha". Usil Amir
"Belum saatnya Mir hehe". Ia jawab dengan gurauan juga.
"Wah kamu beneran bakal nembak si Fatimah ?. Memangnya kamu berani berurusan sama abinya San ?". Tanya Amir. 

karena siapapun jamaah yang shalatnya sering di masjid Jami Ar-Rahman sudah tahu bagaiamana sikap tegas abinya Fatimah itu, karena beliau adalah imam dan ketua DKM di masjid ini. Dan tentu yang tadi menjadi imam magrib pun adalah abinya Fatimah.
"Beneran Mir, bukan hanya sekedar kutembak mir, bahkan aku sudah ada rencana buat lamar dia malah. Soal aku berani atau tidak dengan abinya, itu urusan nanti hehe".


Mereka berbincang sambil berjalan menuju stand gerobak gorengan mereka. Di luar masjid, Lampu-lampu telah dinyalakan dan jalanan sudah ramai dengan orang-orang yang berlalu lalang. Terlebih muda-mudi yang sedang berbincang di taman Kecamatan.


"Wah keren kamu San kalo memang bener. Tapi aku denger-denger beberapa hari kemarin dari ibu warung yang disebelah kita, katanya Fatimah mau dijodohin dengan anaknya Pa lurah yang lulusan luar negeri itu, Si Dicky. Dan yang mau menjodohkan nya itu ibunya. Abinya katanya gak setuju karena ia ingin nya punya mantu santri ditambah abinya juga tahu bagaimana kepribadian si Dicky."
"Hmm begitu ya. Ya sudah." Jawabnya pendek dengan senyum tipis di wajahnya.
"Ya sudah apa san ? nggak jadi ngelamarnya ? atau apa ?"
 "Ya... Sudah... sampai ke gerobak kita maksudnya haha".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun