Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

PKBM Mitra Harapan Mampu Membuka Peluang Kerja saat Pandemi

21 Oktober 2021   13:56 Diperbarui: 21 Oktober 2021   14:04 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kursi- kursi yang siap diekspor ke Singapura (Foto: Bamset)

Di saat pandemi Covid- 19 nyaris membuat tak berdaya semua lini, ada geliat kehidupan di Dusun Bawang, Desa Tukang, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang. Di mana, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Mitra Harapan mampu membuka peluang kerja bagi warga setempat. Karena penasaran dengan upaya mereka, saya pun merasa perlu  menyambanginya agar menginspirasi negri ini.

Untuk menuju Dusun Bawang yang berjarak sekitar 15 KM dari Kota Salatiga, paling mudah dengan menggunakan kendaraan sendiri. Pasalnya, sangat jarang ada angkutan umum menuju lokasi. Satu- satunya angkutan hanyalah mobil tua berplat hitam, itu pun belum tentu dua jam sekali lewat. Maklum, kendati tak begitu jauh, namun, dusun tersebut memang berada di pelosok sehingga layak disebut sebagai dusun di ujung aspal.

Markas besar PKBM Mitra Harapan di ujung aspal (Foto: Bamset)
Markas besar PKBM Mitra Harapan di ujung aspal (Foto: Bamset)

Hanya makan waktu sekitar 30 menit, akhirnya tiba di PKBM Mitra Harapan yang dikelola Sudarsih (45) , perempuan bersahaja jebolan IKIP Semarang. Nampak kegiatan belajar dari para siswa peserta kejar paket , sedangkan Sudarsih sendiri tengah melakukan penataan tanaman anggrek di serambi. Begitu melihat saya datang, spontan senyumnya sumringah. Ada kehangatan dan keramahan khas warga pedesaan yang melekat pada dirinya.

Sembari disuguhi kelapa muda dan tape ketan buatan PKBM Mitra Harapan, kami pun berbincang ringan di teras. Menurut Sudarsih, lembaga pendidikan yang dipimpinnya saat ini telah berusia 11 tahun, kendati begitu, tak berhenti di tingkat ajar mengajar orang- orang yang putus sekolah. " Kami melakukan pembinaan terhadap warga yang menggeluti UMKM, penyaluran tenaga kerja di berbagai perusahaan serta belakangan ini, membuka usaha perakitan kursi rotan sintetis," ungkap Sudarsih tanpa bermaksud jumawa.

Sudarsih, perempuan bersahaja yang piawai menangkap peluang (Foto: Bamset)
Sudarsih, perempuan bersahaja yang piawai menangkap peluang (Foto: Bamset)

Kursi- kursi rotan sintetis tersebut, kata Sudarsih, dikerjakan oleh warga sekitar setelah memperoleh pelatihan singkat. Bekerja sama dengan salah satu eksportir di Kota Semarang, seluruh hasil produksi dipasarkan ke Singapura.  " Jadi mulai bahan baku hingga pemasaran, kami tak pusing. Sebab, semua dikerjakan mitra kami di Kota Semarang," jelas Sudarsih.

Peluang usaha yang diinisiasi PKBM Mitra Harapan, sepertinya disambut baik oleh warga setempat. Pasalnya, selama ini, masyarakat di Dusun Bawang hanya berkutat sebagai petani dan buruh serabutan. Bahkan, banyak yang menjadi perajin keranjang ikan asin yang upahnya sangat minim, di mana untuk 100 keranjang (kecil) hanya dihargai Rp 12.000. Padahal, butuh waktu dua hari dalam pengerjaannya.

Tumpukan kursi pipa yang belum dibalut rotan sintetis (Foto: Bamset)
Tumpukan kursi pipa yang belum dibalut rotan sintetis (Foto: Bamset)

Serap 100 Tenaga Kerja

Perihal kursi rotan berbahan pipa dan rotan sintentis, Sudarsih menjelaskan, awalnya ia bersama suaminya bertandang ke rumah kerabatnya di Kota Semarang. Dari sekedar berbincang ringan, tiba- tiba kerabatnya memberikan tawaran pada dirinya untuk merekrut tenaga kerja di desanya agar diberdayakan menjadi perajin kursi rotan sintetis."Bingung juga menanggapinya, pasalnya kendati kami memiliki banyak tenaga kerja, tetapi masih awam terhadap perakitan kursi," jelasnya.

Untungnya, lanjut Sudarsih, kerabatnya menjelaskan secara detail. Di mana, selain akan diberikan pelatihan, nantinya bahan baku juga bakal dikirim dari Kota Semarang. Tentunya, hasil pembuatan kursi harus sesuai standard perusahaan , mengingat hasil produksi dipasarkan ke Singapura. " Tawaran di saat pandemic itu terlihat menarik, sehingga, saya dan suami sepakat menyanggupinya," tuturnya.

Bamset berada di antara para pekerja (Foto: Bamset)
Bamset berada di antara para pekerja (Foto: Bamset)

Setelah pulang ke desanya, Sudarsih mulai bergerak, satu persatu warga yang terlihat menganggur ditawarinya. Kebetulan, ada rumah milik mantan Kadus Bawang yang kosong, sehingga bisa dimanfaatkan. Tahab awal, terdapat 30 orang yang bersedia bekerja. Untuk 1 unit kursi, mereka mendapatkan upah Rp 90.000 yang dapat dikerjakan 2- 5 hari kerja.

Karena hasilnya cukup menjanjikan, belakangan Sudarsih membuka titik produksi lagi di empat tempat, yakni di Dusun Gentan, Dusun Mendoh dan Dusun Ngesrep. Masing- masing titik berhasil menjaring 15 orang tenaga kerja. Bahkan, di Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang juga telah mulai memproduksi. Sehingga, total tenaga kerja yang terserap mencapai 100 orang, keren.

Kaum ibu ikut menjadi perajin kursi rotan sintetis (Foto: Bamset)
Kaum ibu ikut menjadi perajin kursi rotan sintetis (Foto: Bamset)

Sejalan dengan tingkat kemahiran seseorang, ungkap Sudarsih, belakangan tenaga kerja yang sudah mahir mampu menyelesaikan 1 unit dalam tempo 2 hari.Begitu pun dengan tenaga kerja yang sebelumnya didominasi kaum laki- laki, sekarang banyak ibu- ibu yang ikut terlibat. Kendati kecepatannya tetap kalah, namun lumayan untuk mengisi waktu luang mereka.

Bamset berbincang dengan salah satu pekerja (Foto: Bamset)
Bamset berbincang dengan salah satu pekerja (Foto: Bamset)

Menurut Sudarsih, selama hampir 5 bulan PKBM Mitra Harapan membuka peluang kerja perakitan kursi rotan sintetis, pihaknya telah mengirimkan hasil produksinya lebih dari 8 kali untuk diekspor ke Singapura. Di mana, unit -- unit yang terkirim merupakan kursi yang sudah lolos kontrol sehingga layak dipasarkan.

Itulah sedikit gambaran geliat peluang usaha di dusun di ujung aspal, di mana, ketika di perkotaan berbagai lini bisnis terhantam dahsyatnya pandemi, ternyata di kampung yang lumayan terisolir, tercipta lapangan pekerjaan. Eloknya, tangan- tangan warga pedesaan tersebut mampu menghasilkan produk yang menembus negri jiran. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun