Karena mbah Tukinem tak kunjung pulang, akhirnya paket sembako saya serahkan pada Asrofi dengan pesan agar saban hari dimasak dan diberikan kepada ibunya. Disaksikan beberapa orang tetangganya, Asrofi mengaku tengah mengusahakan agar rumah ibunya mendapatkan jaringan air bersih. Belakangan, rencana mulia itu telah direalisasi, meski mbah Tukinem tetap enggan mandi.
Dan, beberapa hari kemudian, akhirnya saya berhasil menemui mbah Tukinem di rumahnya. Nenek berpostur kurus kecil dan serta berkulit gelap itu, nampak sangat ramah menyambut tamunya. Sembari menyalakan punting rokok yang dipungutnya di jalan- jalan, ia banyak mengumbar tawa. Sayangnya, komunikasi tidak berjalan lancar, telinga perempuan tua tersebut mengalami gangguan lumayan akut.
Itulah sedikit penelusuran tentang istri mantan pejuang yang di masa tuanya hidup lumayan mengenaskan, sudah mulai pikun ditambah pendengarannya tak berfungsi maksimal. Mengingat jasa almarhum suaminya dalam mempertahankan kemerdekaan, akan sangat bijak bila mbah Tukinem diboyong ke panti jompo milik pemerintah yang tentunya akan terjamin segalanya. (*)