Setelah bahu membahu selama 3 hari, akhirnya, Senin (22/10) sore, rumah milik Muini (85) warga Dusun Karang Tengah RT 3 RW I, Desa Karang Tengah, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang mampu diselesaikan. Tempat tinggal yang sederhana ini, merupakan buah kerjasama antara warga dengan relawan. Berikut catatannya kolaborasi dua elemen masyarakat tersebut.
Muini yang merupakan duafa sebatangkara, Kamis (11/10) lalu dijenguk Bambang Setyawan (biasa dipanggil Bamset) selaku penanggungjawab Relawan Lintas Komunitas (Relintas) Kota Salatiga.Â
Sayangnya, nenek yang sudah mengalami gangguan pendengaran lumayan akut tersebut sulit diajak komunikasi. Padahal, Bamset menginginkan rumah yang ditinggali layak untuk dibedah.
"Saya tawari sembako, malah minta uang. Giliran saya tawari bedah rumah, eh lagi- lagi juga minta uang," kata Bamset seperti orang kehabisan akal.
Seperti galibnya rumah duafa di pelosok pedesaan, rumah Muini kondisinya teramat sangat memperihatinkan. Selain nyaris seluruh material kayu telah lapuk masal, posisinya juga miring.Â
Sudah begitu, tak ada fasilitas kamar mau pun MCK (mandi, cuci dan kakus). Akibatnya, Muini lebih banyak tidak mandi dibanding mengguyur air di tubuhnya.
Kendati begitu, masih dibutuhkan ijin dari pemilik lahan. " Mbah Muini hanya numpang di lahan orang lain, kebetulan pemiliknya berada di Kalimantan," ungkap Bamset.
Tiga hari kemudian, tepatnya Minggu (14/10) datang kabar yang menyebutkan bahwa pemilik lahan tidak keberatan rumah Muini dibedah. Reaksi para relawan, sangat gembira mendengarnya.Â
Spontan dibuat perencanaan berikut kebutuhan material dihitung. Karena seluruh bangunan harus dibongkar total, maka kebutuhan bedah rumah diperkirakan mencapai angka Rp 7.000.000.