Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mungkinkah Virus Rubella Akan Merenggut Masa Depan Ayni?

4 Oktober 2018   15:36 Diperbarui: 4 Oktober 2018   20:54 3375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siti dengan setumpuk berkas hasil pemeriksaan (foto: dok pri)

Hingga tanggal 15 Agustus tahun 2016, dengan bantuan bidan desa, Siti melahirkan Ayni. Bayi perempuan tersebut terlihat cantik, berkulit kuning dan beratnya normal. Tak pelak, pasangan Suryadi serta Siti menyambut gembira kehadiran anak ke duanya itu. " Ayni lahir pas kakak perempuannya kelas 6 SD, jadi jarak kelahirannya ideal," tutur Siti.

Siti dengan setumpuk berkas hasil pemeriksaan (foto: dok pri)
Siti dengan setumpuk berkas hasil pemeriksaan (foto: dok pri)
Nasib mengenaskan Ayni terdeteksi saat ia berumur 1 bulan, di mana sewaktu diajak bercengkrama, mendadak Siti menangkap adanya titik hitam di mata Ayni. Yang membuat khawatir, ternyata baru disadari dua  bola mata Ayni tidak bereaksi ketika melihat pergerakan benda di depannya. Karena timbul kekhawatiran yang teramat sangat, ibunya segera memeriksakan ke dokter umum.

Sayang, diagnosa dokter umum kurang memuaskan sehingga Ayni dibawa ke RSUP Karyadi Kota Semarang atau berjarak sekitar 60 kilometer dari desa mereka.

Melalui berbagai pemeriksaan, Ayni dipastikan terserang virus rubella. Akibatnya fatal, dua matanya dipastikan mengalami katarak sehingga direkomendasikan untuk menggunakan kacamata plus 10 silinder.

Yang paling membuat Suryadi mau pun Siti terhenyak, vonis rubella juga menyebabkan bayi cantik itu tuli permanen dan terdapat kelainan pada pembuluh darah ke jantungnya.

"Untuk itu, Ayni harus menggunakan ABD seharga Rp 8.500.000. Uang tersebut kami dapatkan dengan cara menggadaikan SK pensiun almarhum bapak saya," ungkap Siti.

Kacamata Ayni yang sudah terlepas lensanya (foto: dok pri)
Kacamata Ayni yang sudah terlepas lensanya (foto: dok pri)
Kendati ABD yang dibeli bukan alat murahan untuk ukuran warga pedesaan, celakanya pendengaran Ayni tak alami perubahan. Ia tetap tidak mampu merespon suara- suara di sekelilingnya. Pernah terpikirkan menolong Ayni dengan cara operasi pemasangan eletroda multi channel, yang mana penggunaan implant koklea (cochlear implant) tersebut memang efektif membuat indra pendengaran jadi berfungsi norman.

"Tapi, ternyata biayanya mencapai Rp 200 juta," jelas Siti.

Duit Rp 200.000.000 di mata Siti mau pun suaminya sangat jauh dari jangkauan, terkait hal itu, mereka lebih memilih wira wiri ke RSUP Karyadi saban bulan guna menjalani therapy. Padahal, untuk kebutuhan therapy sendiri, Siti juga harus mensiasati keuangan keluarga agar mampu ke Kota Semarang.

"Memang therapy mau pun pemeriksaan ditanggung BPJS, tapi transportasinya kan tak ditanggung BPJS," kata Siti sembari tersenyum.

Menjawab pertanyaan tentang perlunya vaksin MMR mau pun MR saat dirinya akan mengandung dan saat hamil, Siti menegaskan bahwa di akhir tahun 2015 serta tahun 2016, dirinya belum pernah mendapatkan sosialisasi tentang bahaya rubella.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun