Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Seorang Nenek Asal Sidorejo Mengolah Limbah Menjadi Rupiah

6 November 2017   16:04 Diperbarui: 6 November 2017   23:23 3645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tas dan dompet buatan BSN (foto: dok pri)

Inshofah, nenek berumur 61 tahun yang tinggal di Pulutan RT 1 RW 2, Sidorejo, Kota Salatiga sepertinya layak diapresiasi. Di usia senjanya, ia masih aktif mengelola Bank Sampah Najwa (BSN), mengolah limbah menjadi rupiah dan berbagi ilmu ke berbagai daerah. Seperti apa sosoknya ? Berikut perbincangannya Senin (5/11) siang.

Seperti galibnya nenek- nenek yang hidup di kampung, penampilan Inshofah yang biasa disapa bu Shofa, sangat berhaja. Mengenakan pakaian yang mulai uzur dan berkerudung, tak terlihat bahwa dirinya adalah seorang guru yang mampu mengajarkan beragam pengolahan sampah, mulai pemanfaatan limbah plastik, pembuatan kompos hingga membuat sabun lidah biaya.

Di rumahnya yang sederhana, bu Shofa menyambut setiap tamunya dengan ramah. Ia semakin antusias saat diajak berbincang tentang pengolahan sampah mau pun limbah. " Saya sudah berkeliling memberikan pelatihan pengelolaan sampah sejak tahun 90 an, tetapi aktif dengan BSN baru di tahun 2010," ungkapnya membuka percakapan.

Nenek inspiratif saat berbincang di rumahnya (foto: dok pri)
Nenek inspiratif saat berbincang di rumahnya (foto: dok pri)
Bersama 12 orang anggota BSN yang terdiri dari ibu- ibu , sejak 7 tahun lalu, ia mengajarkan cara mengolah limbah plastik bekas bungkus shampoo, sabun, minyak hingga botol- botol minuman ringan menjadi barang yang bermanfaat. Kendati barang yang dibuatnya tak pernah dilirik orang, namun, bu Shofa tidak patah semangat.

" Setiap ada pameran pembangunan, kami nekad mendaftar. Apa lagi dulunya lapangan Pulutan sering dipakai untuk pameran, tentunya kami tak dipersulit untuk ikut serta," jelasnya.

Dengan berbekal dompet, tas, stopmap, bunga hiasan sampai sandal, kata bu Shofa, anggota BSN nekad mengikuti pameran. Hasilnya, banyak pengunjung yang terkesima melihat hasil buatan tangan ibu- ibu tersebut. Bahkan, dompet yang diproduksi menggunakan anyaman limbah plastik, mampu dijual seharga Rp 65.000. Sementara tas berbahan sama, dihargai minimal Rp 100.000.

Karena setiap kali pameran tak pernah absen, akhirnya pihak Dinas Ciptakaru Kota Salatiga selaku mengelola sampah, tertarik menggandeng bu Shofa untuk memberikan berbagai pelatihan terhadap anggota PKK mau pun komponen masyarakat lainnya. " BSN juga diberi bantuan berupa mesin pembuat kompos dan mesin jahit," kata bu Shofa.

Tas kecil buatan BSN pimpinan bu Shofa (foto: dok pri)
Tas kecil buatan BSN pimpinan bu Shofa (foto: dok pri)
Mengajar Mahasiswa

Untuk membuat dompet atau tas berbahan baku limbah plastik, jelas bu Shofa, tahab awal, bungkus plastik dipilah satu persatu. Hal ini agar nantinya barang yang dibuat memiliki kesamaan warna, bekas bungkus minyak disendirikan, begitu pun bekas shampo. Setelah dipilah, seluruh bahan dicuci bersih ,dikeringkan dan dilepas perekatnya.

Setelah semua kering, bu Shofa membagi tugas pada anggotanya. Ada yang bertugas mengayam, membuat pola hingga menjahit. Sementara untuk pemasaran, biasanya konsumen berkunjung ke BSN. " Dari menyetorkan limbah, menganyam dan menjahit, semua ada hitungannya. Saya punya buku untuk mencatat segala administrasinya," kata bu Shofa sembari memperlihatkan buku tebal.

Bunga berbahan baku botol plastik bekas minuman (foto: dok pri)
Bunga berbahan baku botol plastik bekas minuman (foto: dok pri)
Demikian pula dengan pembuatan hiasan bunga berbahan limbah botol minuman ringan, regulasinya nyaris sama. Botol disortir, dicuci, dipotong sesuai desain dan selanjutnya dirangkai. Harganya ? Biasanya BSN mematok harga Rp 80.000 hingga Rp 150.000 tergantung tingkat kesulitannya. " Kami juga membuat hiasan bunga berbahan baku limbah plastik kresek yang memang tidak bisa diurai," jelasnya.

Belakangan, limbah- limbah plastik juga dibuatnya menjadi beragam gaun untuk seragam drumblek (kesenian tradisional khas Salatiga). Pakaian yang diproduksi dalam jumlah cukup banyak tersebut, biasanya dipesan oleh grup drumblek. Dengan harga Rp 70.000 perpotong, dirinya pernah menerima order membuat 70 potong seragam.

Seragam dari limbah bungkus kopi yang dibuat BSN (foto: dok pri)
Seragam dari limbah bungkus kopi yang dibuat BSN (foto: dok pri)
Kendati enggan menyebut omzetnya saban bulan, namun bu Shofa mengakui bahwa tujuan berdirinya BSN, sebenarnya untuk memberikan edukasi pada masyarakat tentang bahaya limbah plastik sekaligus cara memanfaatkannya. Tak heran bila dirinya kerap diundang ke berbagai kota guna memberikan materi pelatihan oleh instansi- instansi pemerintah.

Dalam memberikan pelatihan, bu Shofa tak hanya berkutat di seputar Jawa Tengah saja, dirinya pernah diundang ke Lampung selama 1 bulan penuh guna berkeliling dengan tujuan yang sama. Untungnya, meski ia sebenarnya kurang biasa berbicara di depan orang banyak, tapi berkat pengalaman hal tersebut mampu dikuasainya. " Selama satu bulan di Lampung, segala kebutuhan dipenuhi dan saya mendapatkan uang saku Rp 5.000.000," tuturnya.

Bunga hiasan berbahan baku plastik kresek (foto: dok pri)
Bunga hiasan berbahan baku plastik kresek (foto: dok pri)
Menurut bu Shofa, dirinya memang belum pernah dipublikasikan oleh media cetak mau pun elektronik, meski begitu namanya sebagai sosok yang piawai menangani limbah, dikenal melalui mulut ke mulut. Bahkan, banyak mahasiswa baik asal Salatiga mau pun Semarang yang kerap bertandang ke rumahnya untuk menimba ilmu. Hal ini sebenarnya terasa lucu, bagaimana mungkin mahasiswa diajar nenek uzur ? Tapi, itulah faktanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun