Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ekspedisi 100 Hari di Merbabu Berakhir

30 Oktober 2017   16:21 Diperbarui: 30 Oktober 2017   17:43 5321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raka & Dani di bumi perkemahan Senjoyo (foto: dok pri)

Komunitas pendaki yang akan lakukan sosialisasi SOP pendakian (foto: dok pri)
Komunitas pendaki yang akan lakukan sosialisasi SOP pendakian (foto: dok pri)
Hal yang paling memperihatinkan di Merbabu, ungkap Raka, sulitnya mengubah perilaku warga yang tinggal di sekitar gunung mau pun para pendaki yang kerap melakukan penebangan pohon. Di mana, bagi warga pohon- pohon besar sering ditebang untuk dijadikan uang sedangkan pendaki dimanfaatkan guna api unggun. " Padahal perilaku ini jelas sangat keliru dan berpotensi menimbulkan bencana," jelasnya.

Akibat penebangan pepohonan di hutan Merbabu, menurut Raka, bila dilihat dari puncak gunung, maka akan terlihat beberapa titik hutan yang gundul. Hal tersebut sangat memperihatinkan, pasalnya, 20 atau 30 tahun mendatang, penggundulan hutan bisa menimbulkan bencana besar. " Saat ini, Merbabu berstatus gunung mati. Namun, bila hutannya ludes, tak menutup kemungkinan Merbabu bakal aktif lagi dan menimbulkan bencana melebihi Merapi," tandas Raka serius.

Terkait erat dengan kekhawatirannya, pihaknya dengan berbagai komunitas pendaki akan  menjalin kerjasama untuk sosialisasi Standar Operasional Prosedur (SOP) pendakian.  Di mana, dalam sosialisasi itu, nantinya bakal diberikan materi pengenalan medan, larangan penebangan pohon hingga cara bertahan hidup ketika tersesat.

" Menjelang Ekspedisi 100 hari berakhir, sekitar pk 22.00, kami sempat mendengar adanya pergerakan penebangan pohon. Saat kami datangi, ternyata ada warga yang tinggal di bawah gunung tengah melakukan penebangan. Dalihnya untuk kayu bakar," ungkap Raka.

Saat disinggung tentang kawasan Merbabu yang dikenal memiliki tingkat keangkeran level tinggi, Raka mau pun Dani mengaku tak pernah mengalami hal- hal berbau mistis selama 100 hari tinggal di puncak gunung. Menurutnya, selama seseorang tak bersikap pongah, ikhlas serta mempunyai tujuan positif, sepertinya "penunggu" Merbabu enggan mengganggu.

Sebelum mengakhiri perbincangannya, Raka mengaku ke depan pihaknya akan menggelar ekspedisi gunung di seluruh pulau Jawa. Di mana, untuk mengeksekusinya, sedikitnya dibutuhkan minimal 5 personil dan maksimal 10 personil. " Kami akan merunut gunung mulai ujung barat pulau Jawa hingga ujung timur Jawa," tandasnya.

Itulah perbincangan dengan tim Ekspedisi 100 hari gunung Merbabu, kendati miskin publikasi, namun, Raka mau pun Dani tetap menuntaskan misinya. Dua lelaki bernyali ini, sekarang telah kembali ke peradaban. Kendati begitu, sepak terjang mereka telah tercatat dalam sejarah Merbabu sebagai pria muda yang pantang menyerah oleh ganasnya alam. Salam rimba ! (*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun