Mohon tunggu...
Bambang Wahyu Widayadi
Bambang Wahyu Widayadi Mohon Tunggu... lainnya -

Menulis sejak 1979. di KR, Masa Kini, Suara Merdeka, Sinartani, Horison, Kompasiana, juga pernah menjadi Redpel Mingguan Eksponen Yogyakarta. Saat ini aktif membantu media online sorotgunungkidul.com. Secara rutin menulis juga di Swarawarga. Alumnus IKIP Negeri Yogyakarta sekarang UNY angkatan 1976 FPBS Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pernah mengajar di SMA Negeri 1 Sampit Kota Waringin Timur Kalteng, STM Migas Cepu, SMA Santo Louis Cepu, SPBMA MM Yogyakarta, SMA TRISAKTI Patuk, SMA Bhinakarya Wonosari, SMA Muhammadiyah Wonosari. Pernah menjabat Kabag Pembangunan Desa Putat Kecamatan Patuk. Salam damai dan persaudaraan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kelakar Jaksa dan Ulama Tentang Kemerdekaan dan Idul Qurban

12 September 2016   15:05 Diperbarui: 12 September 2016   15:24 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sukardi, SH, Mantan KajariYogyakarta acap berkelakar bahwa bangsa Indonesia belum merdeka. Mustaid Jalilguru juga ulama, pada hari raya Idul Qurban Senin dinihari, 12/9/2016, menulisrenungan pendek. 

“Pada setiap  acara resmi maupun santai saya sering mengatakan,bangsa Indonesia itu sesungguhnya belum merdeka,” ujar pensiunan jaksa ini ditanah kelahirannya, Nglipar, Gunungkidul.

Sukardi bilang, statemen yang diaceploskan itu bukan asal-asalan, juga bukan ngawur. Dia punya alasan kuat.

Dia minta mencermati bunyi alineadua pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: Dan perjuangan pergerakan Indonesia telahsampai kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa menghantarkan rakyatIndonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yangmerdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

“Hingga kapanpun kita tetap hanyaberdiri di depan pintu gerbang kemerdekaan. Kita belum masuk ke dalamrumah kemerdekaan,” kelakar Sukardi politis sekaligus filosofis.

Tak heran jika Emha Ainun Nadjipmemberi julukan, Sukardi sebagai Kajari paling gila se Indonesia. Lelucon politiknyamenggelitik, cederung urakan mirip orang yang tidak waras.

Beda sedikit dengan pensiunanguru. Mustaid Jalil, tokoh yang pernah menjago wakil bupati gunungkidul inimempertanyakan kemerdekaan dari sisi substansi Qurban.

Refleksi Idul qurban  mayoritas baru dimaknai sebatas memberi kepada yang papa. Begitusederhanakah, sehingga pemaknaan tersebut  menjadi sedemikian dangkal?” ulas Mustaid di rumah Ledoksari, Kepek,          di sela kumandang takbir.

Jika demikian, kata dia, semua ajakan / motivasi yang dilandasi  oleh pemberian materi apakah itu sebuah  keberhasilan? 

Dia menagajakbermenung, para ulama / wali / pejuang masalalu mampu memotivasi rakyat / umat sehingga mereka bergerak untuk mengantar kepintu gerbang kemerdekaan NKRI itu bukan karena materi. 

Para pendahulu,lanjut Mustaid,  mampu menyadarkan umat dan rakyat untuk "qurban / memberi"bukan meminta sehingga mereka sadar serta butuh  untuk beragama dan butuh untuk merdeka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun