Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Maaf Tuhan, Kami (Penulis) Belum Kaya

3 Juli 2017   18:47 Diperbarui: 4 Juli 2017   14:20 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Alejandor Escamilaa on Unsplash

Sebelum memohon maaf pada Tuhan, seorang penulis, ayah dari satu anak, memohon maaf kepada istri dan anak semata wayangnya. Ia memohon maaf karena sudah lima tahun mengabdikan diri menjadi penulis, tetapi belum kaya juga. Ia benar-benar merasa bersalah dan hampir saja berputus asa.

 "Tapi, Pak, mengapa si anu itu bisa kaya dari nulis?" tanya istri si penulis setelah menerima maaf suaminya.

 "Sstt ... dia itu dibayar untuk menuliskan 'kebetulan' menjadi 'kebenaran' ...."

 "Lha, kok Bapak ndak bisa seperti dia?"

 "Aku malu sama Tuhan, Bu ...."

 "Apa Bapak ndak malu sama Tuhan kita masih kere begini?"

Penulis itu pun tercenung. Lima tahun termasuk waktu yang lama untuk tidak dapat membeli impiannya membahagiakan anak istri. Sebentar lagi 2018 dan itu saat yang tepat untuk "menjual" dan "menjajal" kemampuan menulisnya apabila ia ingin masuk arus pertarungan politik, menjelang 2019 tentunya.

 Ia pun bersimpuh pada malam hari dan berdoa.

"Maaf, Tuhan, saya penulis yang belum kaya. Tolonglah beri petunjuk bagaimana dapat kaya dari menulis? Apakah hamba harus menuliskan 'kebetulan' menjadi 'kebenaran' demi uang, lalu bertobat kepada-Mu? Apakah Engkau akan memakluminya ya, Tuhan ...?"

Dua Persoalan

Tuhan mungkin menjawab pertanyaan penulis malang itu, mungkin juga tidak. Saya tentu tidak tahu karena memang bukan Tuhan. Namun, soal penulis yang mengeluhkan ia tidak mendapatkan penghasilan memadai dari karya tulisnya, itu sudah sering saya dengar dan baca. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun